#SUAMI_KECIL
#PART11***
Taruna Arkasya, pemuda itu menatap tajam remaja di hadapannya dengan tajam. Arleta mengamati mimik wajah Agra yang memerah karena menahan marah.Runa tersenyum mengejek, "gue pikir, yang dijodohin ke Arleta itu Wira atau Arel. Ternyata Lo." Runa tertawa menjeda sejenak perkataannya, "nggak heran sih. Yang cowoknya Bocil bego, yang ceweknya murahan!"
Agra yang sedari tadi menahan emosi, seketika kesabarannya habis saat mendengar perkataan Runa tentang Arleta. Remaja itu melayangkan tinjunya tepat mengenai pipi Runa.
Jangan meremehkan Kiano Agra Dewana, remaja itu jago dalam bela diri. Meskipun tubuhnya terlihat ringkih, jangan meremehkannya. Di SMP tirtamas, ia mengikuti beberapa ekskul, musik, karate dan paskibraka.
Tidak jarang ia mengikuti turnamen dan mendapatkan piagam. Mungkin, otaknya lemah di bidang akademik tapi tidak dengan non akademik. Agra punya cara sendiri untuk membanggakan kedua orang tuanya.
"Aga!"
"Ban**at!" Runa hendak melayangkan pukulan pada Agra namun langsung dihalau oleh Arleta. "Minggir Arleta Dwina! Gue nggak mau Lo kena pukul." Nafas Runa tersenggal menahan amarah dan sesak di dadanya.
"Please Run, kita udah nggak ada urusan lagi. Terserah Lo mau anggap gue apa. Tapi yang gue minta, tolong jangan ganggu kehidupan gue lagi." Runa menatap Arleta tidak percaya. Di benaknya ada rasa kecewa, marah, benci dan menyesal karena mengatakan hal yang kasar pada Arleta.
Runa pergi dari sana dengan perasaan kecewa. Hatinya terasa sakit karena Arleta yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka, padahal ia berencana melamar Arleta disaat mereka sudah lulus nanti.
"Gue benci Lo, Ta. Gue bersumpah, bakalan buat kalian berdua menderita!"
Beralih pada Arleta dan Agra yang terdiam beberapa saat. Sepasang suami istri ini sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing.
"Pulang!" pinta Arleta dengan ketus. Ia menarik tangan Agra, yang hanya diam menurut.
Setelah berjalan cukup jauh, Agra menghentikan langkahnya, membuat Arleta juga berhenti. "Tata?" Panggilnya dengan suara pelan. Remaja itu menunduk, sadar sudah berapa kesalahan yang ia perbuat hari ini.
"Maaf ... aku kelepasan mukul Abang-abang tadi. Mulutnya kasar, dia-" ucapan Agra terhenti karena Arleta yang tiba-tiba melepaskan genggaman tangan mereka.
"Kita bicaranya di rumah aja." Arleta melunak, mengusap lembut kepala Agra.
***
Arleta menghembuskan nafas panjang, mengingat insiden di taman barusan. Benar kata orang, mulut merupakan senjata tertajam di muka bumi.
"Tata?"
Arleta menatap suaminya dengan senyum kecil. Agra terlihat sangat tampan dengan rambut yang basah seusai mandi. Wangi tubuh yang berbeda dengan cowok-cowok lain. Jika cowok lain memiliki wangi mint, maka berbeda dengan Agra yang memiliki wangi susu vanila.
"Sini, rambutnya gue keringin," pinta Arleta, gadis itu membiarkan Agra duduk di karpet bulu sedangkan ia di pinggir ranjang.
Agra menatap Arleta dengan lekat, wajah gadis itu begitu cantik, mulai dari mata bulat, hidung mancung dan bibir merah alami.
Arleta yang menyadari ditatap oleh Agra mengembangkan senyumnya. "Kenapa?" tanyanya.
"Tata nggak marah?" Agra bertanya dengan ragu, "mm ... pukul, mantan?" gumamnya Agra dengan gugup.
Arleta tersenyum lalu ikut mendudukkan dirinya di karpet. Tangannya masih setia menyugar rambut hitam kelam Agra.
"Gue udah lupain dia. Dia masa lalu, sedangkan Lo masa kini dan depan gue."
"Gue sayang sama Lo, cinta bahkan. Lo itu terlalu imut untuk diabaikan," pungkas Arleta yang membuat Agra tertunduk malu.
Telinga Agra memerah, membuat Arleta tertawa gemas. "Cie ... yang baper."
Ejekan Arleta membuat Agra mendengus kesal. Dengan cepat beringsut memeluk ceruk leher Arleta. Menggigit pipi Arleta dengan gemas. 'Memangnya cuma Arleta yang bisa menggigitnya.' Itulah pikiran Agra.
"Tata jangan gitu, dosa tau sama suami. Menurut buku fikih yang aku baca, katanya istri harus sopan, nurut, sama patuh apa kata suaminya. Tata nggak, mau jadi istri durhaka?"
Arleta menatap Agra kesal. Selama menikah, Agra jarang, bahkan hampir tidak pernah main keluar bersama teman-temanya. Remaja itu selalu di rumah, menasehati Arleta, membaca buku paduan muslim lalu mempraktekkannya.
Tidak jarang Agra bertingkah layaknya suami idaman di novel-novel. Melayani Arleta bak tuan puteri.
"Iya, Sayang! Gue udah nurut dari pertama nikah sama Lo!"
"Tata?" Panggilan Agra yang tidak peduli dengan ucapan kata 'Sayang' dari Arleta. Remaja itu melonggarkan pelukannya di leher Arleta lalu menatap tajam wajah Arleta.
"Hm."
"Tata?"
"Apa?"
"Tata ...."
Arleta mengerti, gadis itu tersenyum lembut. "Iya, Aga ... kenapa, hm?"
Agra akan bertingkah menggemaskan ketika Arleta menampakkan sisi bar-bar-nya. Cowok itu akan marah jika Arleta menggunakan gue-lo. Katanya, kosa kata itu tidak sopan. Namun apa daya dengan Arleta yang keras kepala dan sudah terbiasa.
"Maaf, gue bakal coba rubah kok. Cuma gue masih geli aja pakai aku-kamu. Kayak-"
"Tata, tau nggak? Aku guna'in bahasa kayak gini karena Kakek yang ajar." Agra memutus ucapan Arleta dengan nada serius.
"Kakek bilang, nggak baik gunain kosa kata kasar. Lagi pula dari cara kita bicara orang bisa tahu, kita itu terdidik, sopan dan disiplin."
"Kadang orang ngeliat kita buruk hanya dari pangan pertama begitupun sebaliknya. Tergantung kita aja yang bersikap seperti apa," ujar Agra panjang lebar. Remaja itu mendusel kepalanya yang masih sedikit lembab di ceruk leher Arleta.
Arleta menatap suaminya dengan pandangan sulit di artikan. Gadis itu mengusap rambut Agra dengan lembut. Merenungkan sejenak perkataan suami kecilnya itu.
"Aga?" Panggilan Arleta hanya mendapat respon deheman. "Gu- mm ... aku juga akan belajar jadi istri yang baik." Agraria tidak menjawabnya, melainkan mengeratkan pelukannya. Wajah remaja itu sudah merah padam, begitupun Arleta.
"Promise?" tanya Agra dengan suara serak.
Arleta mengangguk, "I'm promise!"
Agra melepaskan pelukannya lalu menatap Arleta. Entah keberanian dari mana, Agra mengecup sesaat ujung bibir Arleta. Membuat sang empu membeku.
"I love you, Arleta Dwina." Ucapan sakral itu mengalun mulus dari bibir Agra, cowok itu menatap dan tersenyum padaistrinya yang masih shock.
"I- itu first kiss gu- aku." Agra terkekeh geli, lalu menggaruk pipinya bingung.
"Aku juga."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kecil | Completed |
Teen Fiction"Pak, Bapak ini salah paham! Saya sama anak ini tidak berbuat aneh-aneh. Lagian mana mau saya sama anak SMP." Seorang gadis cantik berseragam SMA sedang meronta, saat itu ia sedang diseret para warga karena tidur di pos ronda bersama seorang cowok...