#SUAMI_KECIL
#PART4***
■Aku nggak suka saka sama orang baperan. Apa-apa dibawa perasaan, padahal cuma candaan.●
☆Arleta Dwita☆"Kok gue ngerasa jadi rebutan, yak," batin Arleta.
"Ae lah ... kita cuma mau kenalan doang. Udah itu aja," lerai Arel. Kalau dibiarkan bisa jadi perang dunia ke 3.
Agra menghela nafas, ia menatap Arleta yang lebih tinggi beberapa centimeter dengannya. "Mereka Abang-abang aku Ta." Tunjuknya ke arah 3 pemuda di hadapannya.
"Dia Bang Arel," ujar Agra menunjuk Arelio Ashar Dewana. "Itu, Bang Koko, dan ... enggak. Udah itu aja!"
Antonio Wira Dewana, menatap pasutri muda di hadapannya. Menatap adik iparnya yang terlihat kebingungan. Cantik.
"Jangan tatap Tata kayak gitu Bang! Dia punya aku! Abang mau aku racunin?!" geram Agra. Bayangkan saja, tubuhnya yang sedikit lebih pendek dari Arleta ia gunakan untuk menghalangi tubuh gadis itu. Niatnya agar Wira tidak dapat melihat istrinya.
"Gue punya mata!" serkas Wira.
"Keluar! Aku ngantuk!"
"Ae lah Cil ... mentang-mentang malam pertama," ejek Koko. Membuat pipi Agra menampakkan rona merah. Imut sekali suami kecil Arleta ini.
Berbeda jauh dengan Agra, Arleta menyengir tidak jelas. Entah apa yang dipikirkannya.
"A- apaan sih Bang! Keluar!" Agra mendorong Abang-abangnya untuk keluar dari kamar itu. Setelah itu ia mengunci pintu.
"Ganggu!" batin Agra.
Cowok itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Tanpa peduli pada Arleta yang mendengus kesal.
Jika kalian berpikir bahwa Arleta dan Agra akan pisah kamar seperti cerita novel kebanyakan, maka kalian salah besar.
Mulanya Arleta tidak mau, namun karena permintaan dari Arumi- mertua cantiknya dengan suara super lembut membuat gadis itu pasrah saja. Lagian Agra masih Bocil, pikirnya.
Arleta mendekati Agra yang berbaring dengan memejamkan matanya dan kak menjuntai ke lantai. Gadis itu tersenyum miring, saat memikirkan satu ide cemerlang.
"Abang lo ganteng juga. Kenapa gue nggak nikah sama dia aja yah," ucap Arleta. Bukan apa-apa ia hanya iseng ingin mengerjai suami kecilnya itu. Dan reaksi Agra Adalah ....
"Bunuh aku dulu. Kalau udah janda, Tata bebas!" Arleta tertegun. Ternyata suaminya beperan.
Bukan berhenti Arleta malah makin menjadi, "jadi nggak papa kalau aku deket sama Bang Wira?" tanyanya.
Agra menggepalkan tangannya, dengan kasar cowok kecil itu bangun dan mendudukkan tubuhnya. Menatap Arleta tajam, mendekati gadis itu perlahan.
Bugh.
"Astagfirullah!" Arleta terperanjat kaget saa dengan kencang Agra meninju dinding tembok kamarnya.
Agra meringis, memegangi tangannya yang memar. Selang beberapa saat terdengar isakan dari bibir cowok itu.
Arleta yang melihatnya jadi merasa bersalah. Saat ia ikut berjongkok di hadapan Agra, ia melihat tangan suami kecilnya yang lebam.
"Agra ... gu-" tangan Arleta ditepis saat ia hendak memegang tangan Agra. Suaminya marah.
"Aku emang bocah, tapi bukan berarti nggak bisa marah. Jangan mentang-mentang kita baru kenal kamu jadi seenaknya," ucap Agra yang mengeluarkan semua rasa kesalnya.
"Kalau bukan karena Papah yang minta, aku juga nggak mau punya istri kayak kamu!" sambungnya.
Entah kenapa Arleta merasa tersinggung dengan penuturan terakhir cowok itu. Rasanya ia seperti tidak di inginkan.
"Maafin gue yah. Gue cuma becanda tadi." Arleta beranjak, lalu keluar dari kamar suami kecilnya itu.
Agra terisak, ada rasa sesal saat menyadari perkataannya. "Agra bego!" rutuknya.
Malam pertama diwarnai dengan pertengkaran. Belum seminggu sudah buyar, bagaimana kalau setahun, dua tahun, dan seterusnya.
***
Pagi harinya, Arleta memaksa matanya untuk terbuka. Setelah kejadian semalam, gadis bermata bulat itu tidur di kamar tamu.
Tepat saat ia ingin beranjak, tubuhnya tersentak karena menyadari akan sesuatu. Agra, cowok itu tertidur di sampingnya.
Setelah semalam Arleta keluar dari kamar Agra dan tidak kembali, cowok itu jadi tidak tenang. Saat mencari, ternyata istrinya itu tidur di kamar tamu. Hal itu membuatnya semakin merasa bersalah.
Agra menggeliat, mengumpulkan kesadaran sehabis tidur. Cowok itu mendudukan tubuhnya saat menyadari Arleta sedang menatapnya. Agra menunduk, takut jika Arleta marah.
"Ngapain Lo di sini. Katanya nggak suka sama gue," sindir Arleta. Gadis itu menatap tajam cowok imut yang sayangnya dia adalah suaminya.
"Tata marah?" tanya Agra lembut. Cowok itu semakin menundukkan wajahnya saat menyadari jika Arleta benar-benar terlihat sedang marah.
"Berhenti panggil gue Tata!" desisnya, "gue nggak suka cowok baperan. Apa-apa dibawa perasaan, padahal hanya candaan."
Isakan kecil terdengar, tapi Arleta seakan tidak mendengarnya. Gadis itu keluar dari kamar. Menuju meja makan.
Setelah sarapan pagi, 4 putra Dewana berkumpul di ruang tamu bersama kedua orang tuanya dan satu gadis, yang tak lain adalah Arleta.
"Leta?" panggil Arumi, "kata mama kamu, kamu itu suka juara satu di kelas yah?" tanya wanita itu.
Arleta yang sedang Asyik memakan camilan di pangkuannya tersenyum kecil. "Iya Mah, tapi kadang aku juara dua. Karena ketua kelas aku pinter banget. Ambisius lagi, kalah sama Leta yang kurang serius," jawabnya.
Arel dan Koko bersorak riang. "Aduh Adek Ipar, lo pinter banget sih. Gue, masuk sepuluh besar aja dah seneng," ujar Koko.
"Em, Koko ... kelas berapa?"
"Sebelas!"
Arleta menggaruk pipinya, "kamu adik kelas aku ternyata."
Arel yang mendengar itu tergelak, memukul kepala adiknya. "Lo sok dewasa, dia lebih tua an dari lo."
"Beda bulan doang ...."
Arleta tertawa, lalu menatap kedua Abang Iparnya. Wira dan Arel. "Bang Wira sama Bang Arel udah kuliah?" tanyanya.
Tidak menghiraukan ada satu spesies mahkluk imut yang sedari tadi menahan kesal. Agra menggigit kasar lengan Arleta, meskipun tidak begitu kuat tapi itu lumayan sakit.
Wira mengembangkan senyum devilnya. Ia tahu betul watak adik bungsunya. Temperamen, cemburuan, cengeng, manja dan keras kepala. Jangan lupakan, Agra tidak suka di abaikan.
"Gue kuliah bagian Psikologis. Lagi ngajuin skripsi, do'a in aja lulus." Satu keluarga melongo mendengar penuturan Wira yang tidak seperti biasanya.
"Mah, Pah? Agra ke kamar yah. Di sini panas!"
BERSAMBUNG!
Note: Semangat! Dan tetap tersenyum ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kecil | Completed |
Teen Fiction"Pak, Bapak ini salah paham! Saya sama anak ini tidak berbuat aneh-aneh. Lagian mana mau saya sama anak SMP." Seorang gadis cantik berseragam SMA sedang meronta, saat itu ia sedang diseret para warga karena tidur di pos ronda bersama seorang cowok...