#SUAMI_KECIL
#PART21 [TAMAT]~Banyak cara mendeskripsikan cinta. Di antaranya, adalah diam.~
***
Pagi yang cerah, Arleta terbangun dari tidur pulasnya. Tubuhnya terasa kaku, ada beban berat di atas tubuhnya. Mengerjap sesaat, samapai kesadarannya pulih. Satu nama yang ia ingat, Agra.Pemuda dengan wajah tampan itu sedang tertidur di atas tubuhnya.
Sulit untuk dipercaya, seakan semuanya mimpi. Arleta mengelus rahang kokoh itu dengan pelan, menatap wajah teduh suaminya. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan sebahagia apa Arleta saat ini. Hampir sebulan setelah ia kembali, kondisi Agra berangsur membaik.
"Maaf ... Karena aku, kamu jadi kayakgini Aga."
Bulir bening mengalir di pipi Arleta, menimpa hidung mancung Agra yang menempel sempurna di sana. Membuat sang empu menggeliat tak nyaman.
"Tata? Kenapa kenapa?" tanya Agra dengan suara serak. "Mana yang sakit, aku terlalu berat yah? Maaf sayang, maaf. Ayok kita ke rumah sakit. jangan nangis sayang, aku takut."
Agra akan bergeser dari atas tub*h mungil Arleta, namun ditahan oleh gadis itu.
"Nggak pa-pa Aga, aku cuma nggak nyangka kita bisa ketemu lagi. Maafin aku ... karena takut dipisah, aku nggak mau kembali ke sini lagi. Aku nggak pernah tahu kalau keadaan kamu nggak baik-baik aja."
Agra mengangkat tubuh Arleta, yang sedang berbaring di baw*hnya, menjadi duduk di pangkuannya. Agra memeluk erat tubuh Arleta, membisikkan kalimat menenangkan di telinga istrinya.
"Jangan nangis ... aku nggak pa-pa, jangan nyalahin diri sendiri. Kamu nggak salah, nggak perlu minta maaf. Aku yang nggak becus jadi suami dan imam untuk kamu, buat kamu sakit hati. Itu semua nggak adil buat kamu," ucap Agra yang membuat Arleta makin terisak kuat. Hal itu membuat Agra dua kali lebih panik. Entah sejak kapan tubuhnya bergetar, kecemasan yang mendominasi pikirannya.
Agra meremat rambutnya kuat. Efek obat terlarang itu membuat emosinya tidak terkontrol, kebingungan, dan rasa cemas yang berlebih. Meskipun keadaannya berangsur membaik, Agra masih sering kehilangan kendali.
"Please jangan nangis," ujar Agra dengan suara serak. Tangan pemuda itu menangkup kedua pipi Arleta.
Cup
Kec*pan lembut mendarat di kening Arleta, membuat gadis itu terdiam. Tidak sampai di situ, Agra mengusap lembut pipi chubby istrinya untuk menghapus jejak air matanya. Tidak ada yang tahu sekencang apa degup jantung Arleta dan Agra saat ini.
"Jangan nangis ... istri Agra nggak boleh nangis. Kalau nangis, aku mau manja sama siapa?" canda Agra. "Abis nikah resmi, Tata harus siap manjain aku sepuasnya."
Arleta menahan senyum melihat wajah tampan Agra yang sedang berangan-angan. "Aga ... siapa yang ajarin kamu jadi mes*m gini, hah?!"
"Emang salah mes*m sama istri sendiri?" timpal Agra menantang. "Aku udah terlalu lama nunggu, Tata nggak kasihan?"
Arleta tertegun mendengar pertanyaan Agra, gadis itu menatap lekat wajah suaminya.
"Emang kamu udah siap jadi jadi ayah, nafkahin aku, anak kita, rumah kita dan jadi imam yang baik buat keluarga kecil kita?" tanya Arleta dengan suara pelan. Ia hanya tidak ingin membuat Agra tersinggung dan terbebani dengan pertanyaannya.
"Insya Allah, aku siap!" jawab Agra lantang.
"Selama ini aku usaha sendiri Ta. Nggak pernah pulang ke sini, aku coba hilangin semua bayangan tentang kamu dengan kerja. Tapi nyatanya nggak bisa. Pada saat itu aku kayak kehilangan arah dan mencoba hal-hal terlarang. Clubing, minum, sampai konsumsi obat-obatan terlarang. Itu aku lakuin untuk hilangin perasaan bersalah sama kamu, tapi nyatanya nggak berhasil. Bahkan hal itu buat aku makin tersiksa." Agra menunduk dalam. Ia sadar buahwa perbuatannya selama ini menyakiti banyak orang, salah satunya adalah Arleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kecil | Completed |
Novela Juvenil"Pak, Bapak ini salah paham! Saya sama anak ini tidak berbuat aneh-aneh. Lagian mana mau saya sama anak SMP." Seorang gadis cantik berseragam SMA sedang meronta, saat itu ia sedang diseret para warga karena tidur di pos ronda bersama seorang cowok...