09√ GHMH

4.3K 331 12
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


•H a p p y  R e a d i n g

"Saya pernah kehilangan harapan, tapi nyatanya rencana Allah jauh lebih indah dari semua yang sempat saya rencanakan."

Rayyanza Hasby Ghairullah

(づ ̄ ³ ̄)づ

Saat ini rumah milik Hifza terlihat cukup ramai. Karena ada Nazwa yang bar-bar dan juga ada Nawa. Perjalanan dari butik ke rumah Abi Hisyam cukup lama, memerlukan waktu satu jam perjalanan. Butik itu memang terkenal bagus, itulah sebabnya Asha memilih butik tersebut. Mereka sampai sejak dua jam yang lalu, dan sekarang Hifza, Nawa dan Nazwa tengah sibuk menghias tangan mereka dengan hena.

"Kak. Nazwa juga mau dong."

Nawa menoleh ke arah Nazwa yang sedang duduk di sebelahnya. "Sebentar, Nazwa. Punya kak Hifza belum selesai, kamu tenang aja nanti kakak pakein juga," imbuh Nawa lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Yasudah kalau gitu, tapi cepetan ya," ujar Nazwa.

Hifza menggeleng heran, "Nggk boleh memerintah orang yang lebih tua dari kita, Nazwa." Hifza mengusap ujung kepala Nazwa.

Nawa mengangguk kecil. "Dengerin tuh," setuju perempuan itu.

"Iya maaf kak Nawa." ucap Nazwa seraya menyatukan kedua tangannya sebagai bentuk permintaan maaf kepada Nawa.

Kedua perempuan itu terkekeh seketika saat melihat Nazwa. Awalnya Nawa mengira Nazwa masih menjadi murid SD, tapi ternyata, Nazwa sudah menginjak kelas 9 MTs. Hal itu tidak Nawa sadari karena raut wajah baby face gadis itu.

"Kali ini kakak maafin tapi, kalau di ulangi lagi kakak nggak akan maafin kamu," ujar Nawa.

Sekarang pekerjaannya sudah selesai. Kedua tangan Hifza sudah di penuhi dengan hiasan berwarna merah. Kini giliran Nawa menghias tangan Nazwa, sebenarnya ia sudah lelah sejak tadi duduk. Sesekali dirinya melihat Nazwa yang juga sedang memperhatikannya.

"Ayo sini giliran kamu."

"Sedikit aja kak, nanti dimarahin ustadzah Aisyah," pinta Nazwa.

Aisyah Asyifa memang seorang guru yang mengajar dengan cara sedikit galak menurut Hifza. Beliau terlihat biasa saja namun, kalau ada santri atau santriwati yang melanggar peraturan Ustadzah Aisyah tidak akan segan untuk menghukum.

"Kalau gitu kakak pakaikan di bagian jemarinya aja, ya?" tanya Nawa seraya memegang jemari milik Nazwa. Ia paham posisi Nazwa yang masih anak sekolah, dalam pengalamannya bersekolah jika ada siswa yang memakai hena atau pewarna kuku tanpa ada uzur, maka akan susah mendapat kartu ujian dan sebagainya. Ditambah Nazwa yang sebebtar lagi akan menemui PTS.

Nazwa mengangguk menyetujui ucapan perempuan di hadapannya. "Iya kak di bagian itu aja, soalnya cepat hilang kalau di bagian itu. Kalau di kuku hilangnya lama, bisa-bisa nggak ikut PTS nanti," jawabnya.

Selesai memakai hiasan tangan, lalu, sekarang mereka tengah duduk di atas balkon kamar milik Hifza sembari menunggu hiasan di tangannya kering. Sesekali Nazwa mengecek ponselnya, ternyata ada dua pesan massenger masuk dari Arkanza.

Seketika Nazwa memutarkan bola matanya malas setelah melihat pesan massenger dari Abangnya yang menyebalkan itu.


𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang