10√ GHMH

4.7K 331 12
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

•H a p p y R e a d i n g•

"Singkat saja kamu itu seperti malam
lailatul qadar yang selalu saya tunggu kedatangannya."

Rayyanza Hasby Ghairullah

(づ ̄ ³ ̄)づ

Hifza duduk melamum di atas tempat tidur di kamar milik Hasby. Mereka baru saja pulang dari hotel setelah menyelesaikan raingkaian acara. Hasby dan Hifza memilih untuk pulang dan tidak menginap di hotel. Entahla apa yang sedang Hifza lamunkan saat ini, sesekali ia melihat ke arah meja kerja milik Hasby. Hifza bergerak menghampiri meja itu setelah melihat buku yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Seperti yang kalian ketahui Hifza sangat suka membaca buku. Hifza duduk di kursi itu lalu membuka buku yang membuatnya tertarik.

Baru saja Hifza membuka dan belum sempat membaca, tapi Hasby sudah datang, membuat kaget dirinya. Refleks Hifza menutup kembali buku itu, lalu, menaruhnya di tempat semula. Hasby heran melihat tingkah istrinya lalu ia menghampiri sang istri untuk memastikan bahwa istrinya baik-baik saja.

"Kenapa, Sayang?"

Hifza masih diam mematung lalu kemudian memutuskan untuk berbalik melihat ke arah suaminya. "M-maaf Gus. Aku tadi lihat buku itu dan berniat mau baca, maaf nggak izin terlebih dahulu," imbuhnya dengan gugup.

Hasby tersenyum geli melihat tingkah istrinya ini. Mengapa harus meminta izin, bukankah mereka sudah sah menjadi suami-istri. Tak menunggu lama Hasby mengambil buku tersebut dan memberikannya kepada Hifza.

"Baca aja, nggk perlu sungkan, Sayang. Kita sudah menikah bukan? Apa kamu lupa?"

"Tetap harus meminta izin bukan?"

Hasby mengelus puncak kepala Hifza. "Nggak perlu sayang, buku apapun yang mau kamu baca. Kamu boleh langsung baca, semua milik aku sekarang sudah menjadi milik kamu juga," papar Hasby menjelaskan.

Seketika wajah Hifza berubah menjadi merah merona. Kemudian dia menutup wajahnya yang sudah memerah itu karena merasa malu. Aku-kamu? Bahasa itu pertama kali Hifza dengar dari seorang laki-laki, wajar saja jika saat ini Hifza salting brutal.

"Kenapa di tutup mukanya, hm?"

"Aku malu Gus,"

"Kenapa malu? Coba aku lihat mukanya, pasti memerah ya mangkanya kamu tutupi."

Hasby membuka perlahan tangan yang menutupi wajah cantik istrinya. Kemudian tersenyum karena perkiraannya benar, sekarang wajah istrinya itu memerah seperti udang rebus. Sedangkan Hifza terpejam karena benar-benar malu kepada Hasby.

Cup

Hasby mencuri kesempatan mencium kening istrinya. Ia mengukir senyum manis pada wajahnya. "Baca bukunya nanti saja. Sekarang buruan mandi, sudah malam," sanggah Hasby kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Hifza. "Lain kali jangan panggil aku Gus, kan tadi aku sudah bilang pada saat acara," bisik laki-laki itu.

Refleks Hifza mendongak melihat Hasby lalu beralih melihat ke arah jam yang menempel pada dinding kamar itu. Jam menunjukkan sudah pukul sembilan malam, sejak tadi Hifza berdiam diri di kamar ternyata menghabiskan banyak waktu hanya melamun.

𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang