Bagian 27

1.7K 123 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

SOBAB, ASSALAMU'ALAIKUM👋SEPERTI BIASA JANGAN LUPA PENCET BINTANG SETELAH BACA✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SOBAB, ASSALAMU'ALAIKUM👋
SEPERTI BIASA JANGAN LUPA PENCET BINTANG SETELAH BACA

💗💗💗

Sore itu, hujan dengan derasnya mengguyur kota Tangerang terutama di wilayah Jalan Salak. Kini, dataran tanah sudah mulai dipenuhi dengan genangan air hujan. Rerumputan pun sudah mulai tenggelam dalam genangan air itu. Hampir semua orang yang ada di sana berlari mencari tempat bernaung. Hanya tersisa beberapa orang saja yang tinggal, itu pun mereka yang sedia payung sebelum hujan. Namun, saat itu angin pun bertiup kencang bersamaan dengan derasnya hujan. Kencangnya angin itu berhasil membuat payung merah yang tadinya dipedang erat oleh seorang perempuan mendadak terbang karena terterpa angin itu. Saking lebatnya hujan, sampai membuat kedua netra perempuan itu sulit untuk melihat payungnya yang terbang entah kemana.

"Kemana terbangnya payungku?" lirihnya di tengah derasnya hujan.

Tidak disadari, seorang laki-laki tampan sedang memperhatikannya sedari tadi. Tidak berpikir panjang, laki-laki itu langsung meraih payung merah yang terjatuh tepat di hadapannya. Dia yang tadinya berniat untuk berlari ke pohon besar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, kian, dia harus membantu perempuan yang kesulitan itu.

"Pegang yang erat, anginnya kencang. Jangan sampai payungmu terbang lagi." itulah yang laki-laki itu katakan setelah menyerahkan payung itu kepada sang pemilik. Tak ingin berlama-lama bermasa perempuan yang bukan mahromnya, laki-laki itu langsung berlari menuju pohon besar di sana. Dia tersenyum di sela gerak larinya. Entah mengapa hatinya merasa bahagia setelah menolong perempuan itu.

Di sisi lain, si pemilik payung merah itu masih dalam keadaan terngagah. Tak tahu kenapa jantungnya terasa berdebar-debar saat laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya dengan jarak yang hanya setengan meter. Mata sipit yang hanya sekejap menatapnya itu terus terbayang-bayang dalam benaknya. Kini, kedua netranya beralih bertuju ke arah laki-laki di bawah pohon besar itu. Sangat di sayangkan, tapi, matanya itu tidak mau berhenti melihat laki-laki yang sedang mengacak rambut basahnya.

Tak lama kemudian, ada seorang perempuan paruh baya yang hendak melambaikan tangannya.

"Nak Cia!" pekik perempuan paruh baya itu seraya melambaikan tangannya.

"Ayo cepetan!" sambungnya.

Seketika dia itu langsung menoleh. "I-iya, Bu." perempuan yang di panggil dengan nama Cia itu langsung berjalan menuju perempuan paruh baya itu. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihat laki-laki tadi yang kini sudah hilang dari pandangannya.

(っ'▽')っ

Suara berisiknya deraian hujan yang bergema di rumah besar itu kian berkurang. Tampaknya hujan di luar sudah mulai mereda, seakan semesta mengetahui suasana hati seorang laki-laki tampan yang sedari tadi duduk di ruang tamu menunggu hujan mereda. Laki-laki yang berpakaian rapi serta rambut yang juga tertata rapi itu terlihat sedang berbahagia.

𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang