“Datangnya kematian tidak menunggu hingga kamu akan menjadi lebih baik. Jadilah orang baik dan tunggulah kematian.”Habib Ali Zainal Abidin
_________________________________________
Pintu ruangan yang bertuliskan UGD masih belum juga terbuka. Semua anggota keluarga sangat panik. Hasby sejak tadi berdiri tepat di depan pintu ruangan itu. Untuk kedua kalinya Hifza harus masuk rumah sakit. Hasby merasa sangat bersalah, mungkin ini karena ia yang tidak bisa menjaga istrinya dengan baik sampai harus masuk rumah sakit lagi dan lagi.
“Suami pasien?” Seorang dokter perempuan keluar dari ruangan itu.
“Saya, Dokter,” sahut Hasby. Laki-laki yang semula mematung itu refleks berubah posisi, kemudian mengangkat tangan.
Setelah lama menunggu, akhirnya penanganan Hifza selesai juga. Semua keluarga segera menghampiri dokter yang sedang berhadapan dengan Hasby.
“Bagaimana dengan putri kami, Dokter?” tanya Asha dengan raut wajah panik. Semua orang yang ada di tempat itu pun menunggu jawaban dari dokter itu.
“Alhamdulillah, pasien baik-baik saja karena ditangani tepat waktu. Kalau tadi telat satu menit saja, saya nggak tahu gimana jadinya,” balas dokter itu. “Suami pasien boleh ikut saya sebentar? Ada yang harus saya bicarakan,” lanjutnya.
“Baik, Dok.” Hasby pergi mengikuti dokter itu.
Sampai di ruangan, Hasby dibuat takut oleh ibu dokter yang memegang map kecokelatan. Jantung Hasby berdetak tidak beraturan, keringat mulai membasahi keningnya.
“Jadi gimana istri saya, dokter?” tanya Hasby memecah keheningan.
Dokter itu mengeluarkan sesuatu dari map kecokelatan. “Semuanya aman, Pak. Hanya saja pasien sedang mengandung,” ucapnya.
Refleks Hasby membulatkan mata. “H-hamil, Dok?” tanyanya memastikan. Ia tidak menemukan adanya gejala hamil pada istrinya hingga membuatnya bingung saat ini.
Dokter itu mengangguk seraya tersenyum simpul. “Betul, Pak. Istri Bapak sedang hamil usia dua minggu. Saya minta sama Bapak, tolong dijaga. Kandungannya bisa dibilang cukup lemah, Pak, karena mengandung dua bayi,” jelas dokter itu panjang lebar.
“Jadi istri saya mengandung bayi kembar, Dok? Alhamdulillah,” ujar Hasby, tidak pernah menyangka keinginannya memiliki anak kembar akan segera terwujud.
Lagi-lagi, Hasby dibuat kaget dengan perkataan dokter itu. Kabar baik. Bukan hanya sedang hamil, Hifza sedang hamil bayi kembar. Tentu saja Hasby sangat bahagia karena memiliki kembar junior adalah impiannya. Tidak sia-sia doa yang selalu ia panjatkan ternyata diijabah oleh yang Maha Kuasa. Di samping itu, Hasby juga merasa sedih dan cukup khawatir dengan kondisi kandungan istrinya yang lemah.
“Pasien sudah boleh pulang sore ini juga, Pak. Kalau begitu saya permisi.”
“Baik, Dokter.”
Hasby keluar setelah dokter itu pergi.
Ia sungguh merasa bahagia saat ini. Hasby harus mengesampingkan dulu rasa cemasnya saat di hadapan semua anggota keluarga. Ia tidak mau kalau sampai keluarganya khawatir, terutama Asha. Hasby menghampiri Asha dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]
Spiritual𝐒𝐩𝐢𝐫𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 - 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 END dan sudar terbit di perbit Firazmed.pub. Publish Ulang. "Menjadi TNI memang mimpiku sejak kecil, lalu apakah aku harus mengakhiri mimpi itu sampai di sini dan fokus pada tanggung jawabku saja?" -Arkanza Shafwa...