15. Wanita Mulia

3.5K 227 2
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan pernah coba untuk berpacaran karena selain banyak ruginya bagi perempuan, hal itu juga merupakan larangan besar agama kita"

Rayyanza Hasby Ghairullah
______________________________________________


Sepi, sunyi, senyap. Tiga kata itulah yang bisa menggambarkan suasana ruangan berlatar putih itu saat ini. Setelah selesai makan malam bersama, Kinara dan Hisyam telah kembali ke rumahnya. Hanya tersisa Hasby dan istrinya yang sedang istirahat. Sesekali Hasby melihat ke arah istrinya, kemudian beranjak mendekatinya. Ia membenahi selimut yang dipakai Hifza agar istrinya itu merasa nyaman.

Setelah dilihat istrinya sudah merasa nyaman, ia hendak beranjak kembali ke sofa tempatnya beristirahat. Niatnya terhenti dan lantas berbalik karena merasa sang istri memanggil namanya. Setelah itu, ia tersenyum tipis melihat istrinya yang terbangun.

“Limadza, ya Zaujati?”

Sungguh, begitu lembut ucapan Hasby hingga membuat Hifza merasa salah tingkah, padahal itu hanya pertanyaan biasa. Ia membenahi posisi bantal yang terasa tidak nyaman. Hasby yang melihat itu lantas segera membantu istrinya.

“Nggak nyaman, ya? Sini Mas bantu benerin,” ucap laki-laki itu.

Hifza menatap haru pada sang suami yang tengah membenahi bantal. Tidak pernah menyangka dirinya bisa memiliki suami yang sangat baik dan pengertian seperti Hasby. “Maaf, Mas ... dan makasih banyak sudah mau direpotkan,” ucap Hifza.

“Maaf? Untuk apa kata maaf itu,  Zaujati? Dan untuk apa berterima kasih? Kamu itu ibarat senja di sore hari yang datang memberi keindahan di dalam kehidupanku,” lanjut Hasby menjelaskan.

Seketika wajah Hifza berubah menjadi kemerahan, menahan untuk tidak salah tingkah. “Tetep aja aku merasa bersalah sudah ngerepotin kamu, Mas. Coba aja aku nggak sakit, pasti sekarang Mas sudah istirahat dan pekerjaan Mas juga nggak akan menumpuk,” imbuh Hifza.

Laki-laki berpakaian koko itu menggeleng seraya tersenyum setelah mendengar pernyataan dari istrinya. “Sudahlah, Sayangku ... menyesal itu sedikit pun nggak akan menyelesaikan masalah yang sudah terjadi,” kata Hasby.

“Masyaa Allah, aku bener-bener merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini, memiliki suami yang sangat baik seperti Mas Rayyan.”

“Mas Rayyan?” tanya Hasby heran. Sebelumnya, istrinya ini tidak pernang menyebut nama awalnya itu. Istrinya selalu memanggil dengan sebutan Mas Hasby.

“Kenapa, Mas? Nggak boleh, ya, aku panggil kamu pake nama itu?”

“Kalau kamu mau ... kenapa nggak?” ujar Hasby seraya mengelus puncak kepala istrinya. Lalu, ia mencium kening istrinya. “Tidur ya, dah malam. Kamu harus cepet sembuh, kita kan mau menyambut Rayyanza kembar,” bisiknya di telinga sang istri.

𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang