Bagian Dua Puluh Satu

2.4K 185 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ingat ini hanya fiksi! Jangan sampai kalian tergelincir kedalam dimensi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat ini hanya fiksi! Jangan sampai kalian tergelincir kedalam dimensi ini. Baca cerita ini kalau kalian sudah membaca al qur'an, oke. Jangan lalai karena cerita belaka, ingat!"

-Penulis

_________________________________________________

Dua kursi yang semula kosong kini telah di isi oleh pemiliknya. Ya, mereka biasa makan bersama dengan posisi tempat duduk yang seperti itu, tidak pernah berubah. Sekarang Gus Hasby dan Hifza juga ikut makan malam bersama. Tentu saja merasa lapar, karena tadi saat berada di rumah Umma dan Abi hanya memakan beberapa biskuit saja.

"Emang kenapa nggak ikut ujian tahsin, Dek?" tanya Gus Hasby kepada Nazwa.

"Tiba-tiba aja meriang, jadi nggak bisa ikut ujian tahsin, Bang," jawab Nazwa seraya mengunyah sisa makanan pada mulutnya.

"Nyusul aja nanti, Dek," ujar Gus Hasby, kemudian meneguk segelas air mineral.

"Sama Ustadzah Aisyah, 'kan?" lanjutnya.

Nazwa mengangguk-anggukkan kepalanya. Nazwa harus sehat besok supaya bisa menyusul ujian tahsin besok pagi.

Pagi pun tiba. Arkan dan Nazwa sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan seragam batiknya. Nazwa kelihatan sangat girang pagi ini, gadis itu juga sudah kelihatan lebih sehat dan benar-benar sudah siap untuk kembali bersekolah.

Setelah di beri pencerahan habis-habisan oleh Gus Hasby semalam, pagi ini Arkan dan Nazwa kelihatan sedikit lebih rukun dari pada sebelumnya. Bagus sekali, untuk pertama kalinya keluarga itu sarapan tanpa pertengkaran antara Abang dan Adik itu. Mereka tidak lagi seperti tom and jery, melainkan sudah seperti cicak dan dinding yang selalu berdekatan.

"Nazwa berangkat dulu ya, Ayah Bunda." Nazwa mencium punggung tangan Bunda Asha dan Ayah Habsyi.

Arkan berjalan di belakangnya. "Arkan juga pamit, Yah Bun," sahutnya, kemudian juga ikut mencium punggung tangan Ayah dan Bunda.

"Kalian nggak saliman sama abang, Dek?" Gus Hasby memainkan kedua alisnya sebagai kode. Ternyata Gus Hasby dan Hifza sudah sejak lama mengamati tingkah Arkan dan Hifza yang sudah mulai membaik dari atas tangga.

Gus Hasby dan Hifza menuruni tangga dengan perlahan. Gus Hasby sangat menjaga istrinya itu dengan baik. Seperti yang sedang Ayah, Bunda, Arkan, dan Nazwa saksikan dari ruang keluangga sekarang.

"Iya, Abangku yang paling ganteng sejagat raya." Nazwa menghampiri Gus Hasby, kemudian mencium punggung tangan abang dan kakak iparnya itu.

𝐆𝐔𝐒 𝐇𝐀𝐒𝐁𝐘 𝐌𝐘 𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang