BAB 12

5.5K 325 18
                                    

"Sengaja menghilang sampai tamu saya pergi ya? Mulai menikmati jadi nyonya besar rupanya..." ucapan mama mertua Yanti membuatnya yang baru membuka pintu kamar mandi terdiam. Dirinya masih memakai handuk di tubuh dan kepalanya. Matanya yang sedikit bengkak, hidungnya yang merah tak dihiraukan oleh mama mertuanya. Bahkan Randy yang masih di dalam kamar mandi sengaja tak menampakkan batang hidungnya. Ia takut ketahuan oleh sang mama.

"Bu... bukan ma... tadi saya kepleset di kolam renang, jadi langsung mandi." Jelas Yanti masih dengan suara sumbang seakan baru menangis semalaman. Dirinya masih terdiam di depan pintu kamar mandi yang setengah tertutup.

"Mandi satu jam? Mau spa sekalian kamu? Kapan lagi kan ada bathub di kamar mandi?" suara mertuanya berdesis tajam. Tanpa menunggu Yanti menjawab, mama mertuanya sudah menghilang dari balik pintu kamar.

Randy yang menyadari mamanya sudah tak di tempat segera keluar dari kamar mandi yang sama. Segera saja ia kunci kamar itu.

"Gue gak mau siapa pun tahu kalo gue suka nidurin lo..." ancam Randy sambil mengancingkan kemejanya, lalu mengeringkan rambut basahnya dengan handuk di tangannya.

Tak lama Randy telah menghilang dari balik pintu. Tanpa tunggu lebih lama, Yanti segera mengganti pakaiannya sebelum mama mertuanya kembali meradang.

***

"Dari mana lo?" Tanya Haris sambil memegang stick gamenya. Matanya masih memandang tv besar di kamar pribadi Randy di lantai tiga, tanpa memandang sahabatnya itu.

Menghilang hampir setengah jam, membuat Haris langsung ke kamar Randy dan memainkan gamenya. Sudah setengah jam sejak ia memainkan game itu dan Randy tiba-tiba muncul di balik pintu.

"Makan." Jawab Randy asal. Ia segera menuju walk in closet dan mencari baju ganti. Setelah memakai kaos putih dan celana pendek, ia segera mengambil stick game dan duduk di samping Haris.

"Makan apa lo? Di meja makan sama dapur nggak ada gue cari." Haris yang masih penasaran kembali bertanya. Tapi Randy tidak menjawab sama sekali, malah asik melawan jagoan Haris.

"Ran... jujur sama gue, lo gak nidurin dan nyakitin cewek itu kan?" Tanya Haris yang ahirnya menoleh ke Randy yang sibuk melawan jagoannya.

"Ngapain gue nyentuh si janda" kembali Randy menjawab asal.

"Terus memar yang Lisa bilang itu dari mana asalnya?" Tantang Haris. Randy menghentikan gerakan jarinya. Ia balas menoleh ke sahabatnya itu.

"Mungkin dy jatuh... atau terbentur... gue mana tahu." Kilah Randy lagi. Kini alis mata Haris mengernyit.

"Tapi jelas cewek itu bilang 'memar', Ran... lo gak lagi paksa anak orang kan?" Haris mulai curiga. Randy menaruh stick gamenya di karpet hitamnya.

"Dan lo sekarang lebih percaya sama tuh janda. Jangan sampai lo terpengaruh sama muka minta kasihan dia ya, Ris. Uler tuh janda."

"Oke... fine kalo lo bilang memang gak tidur sama dia. Tapi jangan sampe lo sakitin dia juga Ran. Gue tahu lo marah, dendam dan benci sama dia. Tapi Randy yang gue kenal gak nyakitin perempuan." Tukas Haris yang mengambil stick gamenya lagi. Sudah ia lihat bahwa jagoannya kalah. Ia kembali memilih menu untuk melihat pilihan jagoan mana yang akan ia pakai kali ini.

"Gue gak akan pernah sakitin perempuan kalau perempuan itu Qiara, Ris." Lirih Randy pelan. Tapi Haris dapat menangkap kata-kata sahabatnya itu.

***

"Sekali lagi saya dengar kalian panggil dia 'non' saya akan pecat kalian." Kini suara mama mertua Yanti begitu penuh penekanan di dapur kotor rumah keluarga Yufrizal. Dirinya bersitegang dengan tiga orang di hadapannya. Bik Sumi, Bik Narti dan Yanti.

Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang