Assalamualaikum yorobuuun..
Lawliet menyapa kembali... 🥰😘Seneng banget dengan komen-komen para readers tercinta yang selalu minta up...
Artinya ceritaku ini ada yang menerima dengan baik...Pesannya sih satu...
Ambil yg baik-baik dari kisah ini...
Yang buruk-buruk dan tak patut ditiru sebaiknya tinggalkan...Berhubung ini cerita terkadang ada konten yang menjurus-jurus dan menjurus... saya deg2an update bulan puasa... 🤣🤣
(Ada yg DM di IG bilang kalo ini cerita mentok2 kissing 🤣🤣 jd gak vulgar2 amat... 🤭🤭)Tapi untuk menghormati bulan yang penuh berkah ini, saya sebagai penulis akan mencoba update setelah buka puasa jika ada hal2 yang berbau dewasa seperti dua bab sebelumnya. (Dosa daku nanti kalau kalian bayangin Bara ma Yanti kissing2 😘😘😘)
Tapi jika isi cerita masih rate aman, saya update di jam2 tertentu se-selesainya saya mengedit 🥰
Selamat menunaikan ibadah puasa buat para readersku yang baik hatinya 🥰🥰
Jgn lupa vote sama komen 😘😘😘
Paling seneng lihat reaksi kalian yang marah, singut, kecewa, gembira, ketawa, frustasi, plus juga berniat mengirimkan entah itu sumpah serapah atau pun santet pada tokoh-tokoh tertentu 😌😌 (Dosaaa woooyyy kleeaaann😂🤣🤣)
Selamat membaca 😘😘
Salam hangat
Lawliet.
###
"Nyonya Bintari..." lirih Yanti.
Dirinya masih mematung di depan pintu. Matanya tak salah. Alih-alih Bude Lasmi. Justru Nyonya Bintari yang ada di hadapannya. Wajah wanita paruh baya itu terlihat sedikit lesu walau pun dibalut dengan mimik muka dingin elegan khas seorang Bratadikara.
"Apakah saya diizinkan untu masuk terlebih dahulu?" Pertanyaan Nyonya Bintari membuat Yanti terkesiap.
"Silakan masuk Nyonya Bintari..."
Yanti langsung meminggirkan tubuhnya untuk mempersilakan Nyonya Bintari untuk memasuki kediaman bude Lasmi. Tak sengaja ia melihat keluar dan terparkir mobil yang dahulu pernah ia lihat di kediaman Haris, berikut sopir pribadi Nyonya Bintari.
Yanti yang masih bingung terkejut saat Nyonya Bintari sudah duduk dengan anggun di salah satu sofa tua bude Lasmi. Ia serba salah. Ini bukanlah rumahnya. Maka akan sangat kurang ajar apa bila terjadi sesuatu dan terlebih kekacauan yang membuat para tetangga bude Lasmi akan mendatangi rumah ini.
"Apakah saya masih pantas ditawarkan segelar minuman?"
Yanti lagi-lagi terkesiap. Ia merasa sangat bodoh tak langsung menawari ibu dari majikannya itu untuk minum walau hanya segelas air putih.
"Nyonya ingin minum apa? Teh hangat atau perasan air jeruk?" Tawar Yanti. Dalm hati Yanti berdoa agar pilihan Nyonya Bintari jatuh kepada perasa air jeruk. Ia sangat yakin kali ini ia akan disembur oleh air dari dalam gelasjika nantinya salah bicara.
"Teh hangat saja, tolong..."
Yanti langsung mengangguk. Ia melangkahkan kakinya yang sedikit gemetar menuju dapur. Ia bahkan melewati Raya yang tersenyum manis padanya sambil mengunyah semangka.
Yanti yang gugup melihat isi termos yang kosong langsung mengambil panci kecil hingga tak sengaja ia jatuhkan sampai berbunyi. Ia pungut panci itu dan menatik nafas lalu memghembuskan dengan perlahan. Selagi menunggu air mendidih, Yanti mengingat-ingat kembali. Apakah ada barang yang terbawa olehnya? Ataukah ia lupa mengembalikan sisa uang belanja saat terakhir ia dan Haris berbelanja? Ataukah Haris masih saja keras kepala sehingga kembali membuat Nyonya Bintari naik pitam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)
General FictionYanti adalah seorang janda yang sudah bercerai dengan suami pertamanya dikarenakan belum memiliki momongan. Dirinya dianggap mandul dan tidak sanggup bila suaminya ingin menikah lagi. Satu tahun setelah perceraian, Yanti ahirnya menemukan hidup nya...