BAB 28

6.8K 372 12
                                    

Acara yang diadakan oleh artis memang berbeda dengan orang biasa. Itu yang ada di pikiran Yanti. Bahwa acara pertunangan Bian dan Shelomita yang merupakan artis diadakan di salah satu hotel termahal di Jakarta.

Bahkan Yanti saja tak menyangka kalau dirinya bisa turut hadir walau ia hanya seorang pembantu di keluarga Bratadikara. Binar membelikannya gaun yang seumur-umur tak pernah ia kenakan. Gaun dengan potongan panjang berwarna hitam dan berbentuk sabrina.

Terlebih Binar dengan sengajanya mendandaninya dengan sangat baik. Warna lipstiknya memang bukan merah menyala. Hanya berwarna nude yang cocok dengan wajahnya. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan dibuat bergelombang. Binar saja bertaruh kalau orang-orang tak tahu bahwa dia hanya ART.

Dirinya tak jauh duduk di dekat Binar. Acara memang masih lama untuk dimulai. Bahkan sosok mommy yang selama ini hanya Yanti dengar lewat cerita saja belum datang. Meja dengan label VIP masih banyak yang kosong. Yanti sebenarnya ragu untuk datang. Ia tak ingin kembali bertemu dengan anggota keluarga Yufrizal. Tak bisa ia bayangkan jika nanti mereka bersebelahan meja.

Mencoba memisahkan diri pun Yanti tak berani. Ia masih ingat ada sosok suaminya di tempat ini nanti. Akan berbahaya baginya bila ia terlihat oleh Randy, terlebih dengan pakaian yang seperti ini. Karena ia sangat paham Randy orang yang begitu nekat.

"Raya sudah makan mbak?" Tanya Binar pada Yanti yang sedang bercanda dengan Raya yang berbaring di stoller.

"Sudah mbak. Sebelum berangkat sudah makan dan nyusu. Tadi saya sudah taruh potongan buah naga dan jeruk sunkish juga di wadah untuk cemilannya." Jelas Yanti sambil menunjuk sebuah kotak di bawah stoller.

"Nanti jangan jauh-jauh ya mbak. Pokoknya tetep di dekatku sama mas Bara." Ujar Binar lagi. Yanti memgangguk. Ia lebih memilih bertemu suami, mertua dan para iparnya tapi ia masih bersama Binar dan Haris. Ketimbang memisahkan diri tak terlihat oleh keluarga Yufrizal sedang ia terancam oleh kehadiran Randy di sisinya. Untuk saat ini menempel pada Binar dan Haris merupakan pilihan yang amat sangat tepat.

"Bisa dimarahin mas Bara aku kalo mbak jauh-jauh..." bisik Binar di telinga Yanti. Seketika Yanti terperanjat.

"Mbak Binar..." ringis Yanti. Binar hanya tersenyum.

"Serius mbak, sudah tiga kali dia bilang. Belum lagi dia WA ke aku juga lho." Binar menunjukkan ponselnya, entah itu benar atau tidak.

Yanti hanya menggeleng menanggapi candaan Binar. Tapi candaan itu membuatnya yakin, bahwa Haris mencoba menjaga dirinya dari Randy.

"Mbak pikir aku bercanda ya? Dia marah besar aku siapin gaun ini buat mbak. Belum lagi aku buat mbak secantik ini. Taruhan mbak, kalo mbak nggak bawa Raya, mungkin mbak dikira masih gadis." Celoteh Binar. Yanti kembali menggeleng. Entah sudah berapa gelengan ia layangkan pada Binar.

Haris yang melihat interaksi Binar dan Yanti perlahan mendekati keduanya. Ia tak langsung menyapa keduanya. Yang ia cek pertama kali adalah Raya. Batita yang sudah bisa berdiri itu tengah bermain dengan teethernya.

Tanpa aba-aba ia angkat bayi itu dan ia gendong di depan. Rasanya ia tak sanggup melihat penampilan Yanti yang sekarang. Terlebih perang dingin mereka belum usai. Tapi semakin rumit kala melihat dandanan Yanti yang dibuat Binar bak bidadari hari ini.

"Ditaruh saja, mas Bara. Nanti lengan bajunya kotor kena liur Raya." Yanti kembali memperingati Haris. Namun pria itu tak bereaksi dan dengan santainya membawa Raya berjalan ke sekitar seolah sedang memamerkan anaknya.

"Bentar ya mbak, kayaknya disana ada temanku." Ujar Binar yang melihat segerombolan perempuan yang baru memasuki area acara tersebut.

Yanti yang ditinggal hanya duduk diam sambil melihat ke arah panggung yang megah. Ia tak menyangka bahwa orang berada bisa mengadakan acara begitu megahnya walau hanya sekedar pertunangan.

Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang