Yanti tengah menyuci piring kotor di sink yang masih menyala airnya tersebut. Tapi gerakannya hanya diam. Piring itu hanya ia pegang tanpa ada pergerakan apa pun.
Menyadari Yanti tengah melamun, Haris sengaja menywnggol piring yang ia bawa ke piring yang Yanti pegang.
PRAKK
piring itu jatuh. Tapi bukan itu yang jadi masalah. Tapi sikap Yanti yang langsung bergeser menjauh dengan sorot mata waspada.
"Kenapa?" Tanya Haris dengan halus.
Yanti yang tersadar dari terkagetannya segera mendekati sink kembali.
"Nggak apa mas, cuma kaget..." jelas Yanti.
Tapi Haris tak dapat dibohongi. Ia menangkap jelas tangan Yanti yang gemetar di dekatnya. Menyadari gelagat Yanti yang diluar kebiasaan, Haris perlahan menjauh dan mengambil sebuah apel dari lemari pendingin.
"Kamu ingat rencana pertunangan Bian dan Shelo kan?" Tanya Haris yang memecah keheningan. Yanti mengangguk menayap Haris yang duduk di meja makan masih berkutat dengan laptopnya.
"Pertunangan itu akan digelar seminggu lagi. Nanti acara akan diadakan di hotel. Karena semua sudah dikerjakan oleh WO, kita semua hanya perlu datang." Jelas Haris lagi sambil memainkan jemarinya di atas laptop.
"Baik mas Bara." Jawab Yanti sambil menyusun piring di bawah kabinet dapur.
Sesaat Haris melihat sosok Yanti yang tengah sibuk. Perlahan ia buka kacamatanya. Ia lipat dan ia letakkan di pinggir laptopnya.
"Yan, bisa kamu duduk? Ada yang ingin saya bicarakan."
Yanti yang mendengar perintah majikannya serta merta mendekat dan duduk persis di depan Haris.
Wajah Yanti tak seperti biasanya. Wajah itu agak muram dan sedikit menunduk.
"Randy masih mencoba menemuimu?" Tanya Haris blak-blakan.
Sesaat mata Yanti bertemu dengan mata Haris. Tapi mata itu kembali menatap meja, dan sesekali melirik ke arah lain dengan gerakan tak teratur.
Haris tau gesture itu. Yanti tengah gugup.
"Jam yang pernah kamu temukan itu, bukan milik saya."
Kini mata Yanti sudah mengabur. Air mata yang ada di matanya tak bisa ia tumpahkan. Beberapa kali ia menelan salivanya yang justru membuat lehernya tercekat.
"Saya tahu. Selain ketika saya memergoki Randy datang, ia pernah juga datang kan malam itu?" Tanya Haris lagi.
Jemari Yanti sudah saling bertaut. Gemetar itu mulai timbul perlahan. Sebisa mungkin ia mencoba bernafas perlahan berulang kali tanpa sepengetahuan Haris.
"Saya baru sadar, itu alasanmu mengganti seprai di kamar saya?"
Yanti masih terdiam. Air mata yang ditahannya tak bisa lagi ia tahan. Dua tetes air mata itu mengalir di pipinya.
"Maaf mas Bara... sa... saya nggak bermaksud untuk kurang aj--"
"Saat kamu menghilang, ia melakukannya lagi kan di mobil?"
Air mata Yanti semakin deras. Selama ini ia berfikir bahwa Haris tak mungkin tahu apa yang sudah suaminya itu lakukan. Tapi nyatanya orang di hadapannya itu tahu persis.
"Kamu tahu istilah marital rape?"
Yanti menggeleng pelan. Haris masih memandang wanita itu dengan wajah tak bisa ditebak.
"Pemerkosaan dalam pernikahan."
Yanti terdiam. Sudah dihapusnya air mata yang tadi mengalir.
"Apa yang sedang kamu sembunyikan? Ooh... atau akan saya ubah pertanyaan saya, apa yang sedang 'kalian' sembunyikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)
General FictionYanti adalah seorang janda yang sudah bercerai dengan suami pertamanya dikarenakan belum memiliki momongan. Dirinya dianggap mandul dan tidak sanggup bila suaminya ingin menikah lagi. Satu tahun setelah perceraian, Yanti ahirnya menemukan hidup nya...