Acara pertunangan yang akan berlangsung itu mendadak berhenti. Dan disinilah mereka. Bertemunya dua keluarga besar. Yufrizal dan Bratadikara. Haris memilih membuka president suit untuk pertemuan keluarga mendadak ini. Bahkan sudah diacuhkannya wajah gusar Bian adiknya dan Shelomita yang rupanya hanya berwajah datar seolah tak peduli dengan apa yang terjadi.
Sosok Randy duduk di sofa mewah tanpa jas hitamnya. Rambutnya masih basah. Sedang Yanti tengah duduk dibalut jas Haris sambil dirangkul oleh Binar. Wajahnya masih sayu dan matanya sembab, sedang tangannya yang memegang dot Raya masih gemetar. Haris mencoba tenang masih menggendong Raya di tangannya. Bayi sepuluh bulan itu sibuk memainkan dasi Haris dan menyentuh wajah Haris dengan lucunya.
"Ada apa ini..."
Pintu yang terbuka disertai sebuah suara.
Benar.
Para Nyonya besar dua keluarga sudah muncul. Jika nyonya Rima Yufrizal hadir dengan gaun mewahnya dan rambutnya yang dibuat bergelombang, maka lain lagi dengan sosok Nyonya Bratadikara yang dibalut gaun panjang yang sama mewahnya dengan hijab dan kaca mata yang bertengger.
Yanti yang baru pertama kali melihat sosok 'mommy' itu bisa menangkap bahwa wanita itu memang ramah. Sebelum sang nyonya Bratadikara mendapati putera pertamanya tengah menggendong seorang anak dan membuatnya menukikkan alis matanya dengan raut wajah tak suka.
"Mommy..." ucapan itu nyaris terucap berasamaan oleh Haris dan Binar.
Wanita itu hanya mengangguk dan duduk di sofa yang tak jauh dari Binar dan wanita yang belum ia ketahui itu.
"Permasalahan apa sampai menunda acara seperti ini?!" Ibu Rima mulai mengeluarkan taringnya. Ia tatap wajah Randy dan Shelomita bergantian. Tapi tatapan itu jatuh pada Yanti. Wajahnya tak menunjukkan keterkejutan, seolah ia telah tahu bahwa Yanti berada di posisi yang seharusnya. Posisi dalam naungan Bratadikara.
"Mohon maaf saya mengumpulkan beberapa anggota keluarga kita untuk membicarakan hal penting disini." Haris memulai pembicaraan.
Sebuah decakan keluar dari mulut seorang ibu Rima.
"'Keluarga'? Apa perempuan itu berhak ada di sini?!" Ibu Rima kembali bersuara lantang. Sesaat Haris bertatapan mata dengan ibu sahabatnya itu.
"Tentu saja 'keluarga'. Anda lupa kalau dia masih menantu anda, tante Rima?" Ujar Haris lagi.
Sesaat ibu Rima ingin mengelak, namun ia tahan, kini mata Ibu Rima dan Haris bertemu. Mata keduanya seakan beradu untuk saling melumpuhkan. Melihat Haris tak mengalah, Ibu Rima lantas menengok ke arah lain.
"Temen-temen artis sudah datang di bawah. Belum lagi wartawan yang sudah menunggu untuk konfrensi pers. Kalau tidak penting--"
"Sangat penting karena ini menyangkut kakak ipar kamu!" Haris langsung memotong ucapan calon adik iparnya tersebut.
Shelomita menatap Haris dengan tatapan yang masih datar.
"Dibatalin juga aku nggak masalah koq... bukan aku juga yang maksa-maksa mau tunangan..."
Bian yang paling mengena dengan perkataan Shelomita barusan. Seketika itu pun ia menatap kakak sulungnya dengan tajam.
"Mas! Jangan main-main dengan acaraku!" Gerutu Bian yang langsung menatap marah pada Yanti yang masih menunduk.
"Biantara..."
Suara seorang wanita memecah amarah Bian. Ia tatap Mommynya. Ia hapal sekali bila ibunya sudah mengeluarkan nada tenang dan dalam kala memanggil namanya.
"Saya pastikan tidak akan lama." Haris memulai pembicaraan sore itu. Sebelumnya ia turunkan Raya ke pangkuan Yanti. Dua pasang mata tak luput dari tindakan Haris. Ya. Randy dan mommy tengah memasang mata waspada dengan gerak-gerik Haris yang seolah dekat dengan Yanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)
General FictionYanti adalah seorang janda yang sudah bercerai dengan suami pertamanya dikarenakan belum memiliki momongan. Dirinya dianggap mandul dan tidak sanggup bila suaminya ingin menikah lagi. Satu tahun setelah perceraian, Yanti ahirnya menemukan hidup nya...