Special Chapter : The Red Flag

6.5K 219 50
                                    

PROMO!!!
.
.
.
.
.
Pria itu masih melihat ponselnya. Bahkan sarapan yang tersedia di meja tak ia gubris. Matanya memandang ke arah CCTV apartement yang diputar di ponselnya.

"Abang nggak makan?"

Pertanyaan seseorang membuatnya mengunci ponsel dan mengangkat wajahnya. Ia letakkan ponsel tersebut dengan layar yang menyentuh meja.

"Iya, ini mau makan." Ucapnya.

Ia langsung mengambil nasi goreng dan telur mata sapi juga dua potong sosis sapi.

"Kerjaan lagi padat, ya?" Tanya sang Ibu.

Ia hanya tersenyum dan menyendokkan nasi dan secuil telur ke mulutnya. Ia kunyah pelan dan meneguk air putih di sisi kirinya.

"Lumayan, Ma..." jawabnya.

Kembali keluarga itu makan dengan diam. Melihat keadaan mulai kondusif, ia ambil lagi ponselnya dan membuka kunci. CCTV langsung menghiasi layar ponsel. Tapi sebuah pemandangan di CCTV membuat ia menaikkan alis matanya.

Seketika ia berdiri.

"Aku ke kamar dulu, ada yang tertinggal."

Kepergiannya membuat semua anggota keluarga mnengok kepadanya yang menaiki undagan tangga.

"Bang Raya kayak lagi resah nggak sih, Ma?" Tebak Tiara sambil menyesap teh hangatnya.

"Ada masalah di kantor mungkin ya, Ma?" Kali ini si anak tengah Antara yang bertanya.

Yanti menggeleng kepala dan mengisi cangkir teh suaminya yang mulai habis.

"Mama nggak tahu. Kalian seperti nggak tahu Abang kalian saja... Ada tidak ada kesibukan di kantor, dia pasti selalu santai." Yanti menaruh teko di meja. "Tapi memang kelihatannya hari ini lain..." Yanti ikut memandang anak tangga tempat putra sulungnya tadi menghilang.

"Bang Raya sudah punya pacar kali..." goda Tiara.

"Dek. Jangan digoda gitu nanti Abangnya. Privasi Abang itu." Tegur sang Papa, Bara.

"Iyaaa... Tiara paham kok, Pa..."

•••●•••

Raya menutup pintu kamar di belakangnya. Setelahnya ia mengunci kamar tersebut. Kembali ia melihat pergerakan CCTV di layar ponselnya. Ia menaikkan sudut bibirnya dengan mata tak lepas dari layar ponsel.

"Mulai nakal rupanya..." lirihnya yang tiba-tiba tersenyum.

Raya langsung menyandarkan diri di kasur, sebelah tangannya ia lipat di belakang kepala dan ia menyandar di kepala tempat tidur. Matanya masih melihat pergerakan di layar ponsel. Kini ia menggeser gambar di layar saat tak mendapati orang yang ia lihat di kamera tadi.

Ia alihkan di beberapa tempat. Hingga muncullah bayangan tersebut di kamera yang berada di ruang kerja apartementnya. Ia menyunggingkan senyum menarik dengan mata tak lepas dari gambar itu.

Tiba-tiba bayangan gambar di layar itu memperlihatkan ia terduduk di atas karpet. Beberapa kali Raya menangkap sosok itu memukul lantai berkali-kali.

Merasa lucu, Raya tertawa. Ia tutup aplikasi pengintai kameranya. Ia langung membuka aplikasi lain dan menekan video call ke sebuah nomor. Agak lama panggilannya belum dijawab. Saat kesabaran Raya nyaris habis, rupanya panggilannya sudah terangkat.

Ia telaah gambar yang muncul di layar ponselnya. Gambar yang sama dengan yang ia lihat di CCTV tadi.

"Kamu cari apa, sayang?" Tanya Raya.

Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang