BAB 38

8.4K 498 52
                                    

Assalamualaikum Yorobun...

Ya Allah lama banget gak ketemu,
Masih ada yang kangen ma babang Bara nggaaak 😍😍

Maaf lama nggak update ya...
Daku habis kena types...  😭

InsyaAllah sekarang sudah on lagi nih...

Yuuukklaaah semangat lagi bacanya 😘
Bagi yang agak-agak lupa bolehlah diulang dari Bab 1 🤭🤭

Selamat menikmati galaunya dua sejoli ini

###

"Katanya mau ngajak Mbak Mawar..."

Haris menengok ke samping kanannya saat Binar berbisik di telinganya. Haris kembali diam dan masih melihat prosesi akad nikah di depannya.

Ia hanya duduk berdampingan dengan Binar, Bian sejak tadi sudah duduk di dekat pengantin pria dan mengambil gambar dengan ponselnya. Haris kembali melihat sosok Genta Wira Atmaja yang dulu pernah menjadi adik kelasnya saat SMA. Sosok itu sudah lama tak ia lihat sejak Genta kehilangan penglihatannya. Ia kembali mengingat-ingat kejadian itu sekitar 8 atau 9 tahun lalu.

Semenjak itu komunikasi mereka terputus, walau awalnya memang mereka tak sedekat yang kelihatannya. Tapi Haris tahu bahwa Genta adalah pria baik yang memiliki kemauan keras.

"SAAAHH!!"

Suara lantang orang-orang membuat Haris tersadar. Haris mengangkat kedua telapak tangannya mengikuti doa yang dipanjatkan penghulu.  Matanya terpejam sesaat. Sebuah nama ia goreskan di sela-sela dalam bisikan doanya. Ia tinggikan kembali doa itu setiap ia bersimpuh.

"Makan yuk, mas..." Binar sudah beranjak mengajak Haris untuk menikmati hidangan. Ia ikut berdiri dan mengikuti Binar di belakang. Tapi langkahnya terhenti. Ia tak lagi di belakang Binar, justru ia berjalan menuju pelaminan sederhana yang telah diisi pengantin. Keduanya sedang diarahkan untuk mengikuti sesi foto.

Haris bisa menangkap raut wajah bahagia dari Genta. Memang matanya tak dapat melihat, tapi aura kebahagiannya telah membuat Haris ikut tersenyum. Ketika sang fotographer menyisaratkan untuk istirahat, Haris mendekati Genta perlahan.

"Genta..." Haris bersuara pelan.

Sosok didepan Haris memiringkan wajah seolah menangkap arah suara asal. Mimik mukanya nampak ragu, lalu berubah haru dan tersenyum.

"Bang Bara Alharis Bratadikara." Tebak Genta.

Haris segera mendekat dan menyentuh lengan Genta dengan pelan. Ajakan bersalaman disambut Genta.

"Sehat, Gen? By the way selamat, ya."

Haris pun menyalami juga sang pengantin wanita. Haris bisa melihat bahwa istri Genta adalah gadis yang sangat muda, bahkan di bawah Binar. Ia akhirnya tahu bahwa perkataan Bian benar adanya. Bahwa gadis yang dinikahi Genta adalah gadis yang masih muda dan sederhana.

"Senja, kita sapa para tante dan om dulu ya. Gen, sebentar ya..."

Sosok pengantin wanita sudah dibawa oleh orang tua Genta. Haris kembali menengok ke arah Genta.

"Terima kasih bang ucapannya. Mau ngobrol sebentar? Kita bisa sedikit santai di dekat kolam."

"Masih banyak tamu, gak enak kalau pergi kan?" Bantah Haris.

"Semua saudara bang. Justru saya yang sangat senang ada abang di sini. Tidak lama. Hanya sebentar."

Haris mengikuti bagaimana Genta memanjangkan sebuah tongkat yang ada di kursi pelaminannya. Dengan perlahan Haris mengikuti Genta menuju kolam renang dan langkahnya terhenti di sebuah gazebo pinggir kolam.

Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang