BAB 44

14.5K 569 56
                                    

Assalamualaikum yorobuuuun... 🥰🥰

MasyaAllah... sudah menuju tutup buku kisah dua anak manusia tergemoi di memori wattpad kuuu... 🤭🥰

Siapa yang makin gueemeezz ma babang Bara dan Yanti?? Yuukkk merapat...

Ini di upload di luar jam puasa ya...
Jangan ditanya lagi ada apa di dalamnya 🤭🤣

Mungkin ini part termasuk pendek...
Tapi percayalah, ini sangat berkesan hingga lima purnama... 🤭🤭

Salam hangat.

Lawliet

###
Warning! 17+
.
.
.

Mawar yang tak sengaja berada di rumah sakit yang sama dengan Haris segera menjejeri langkah calon kakak iparnya itu ketika melihatnya berjalan.

"Calon kakak iparku..." ucap Mawar perlahan. Haris nyaris saja terlonjak dengan kehadiran Mawar yang tiba-tiba.

"Kakak ipar kepalamu! Lo mau buat gue jantungan?" Gerutu Haris lagi yang kembali berjalan menuju lift dan memegang dadanya.

"Kelihatan banget memang Mas Haris sudah tua... ups... bercanda kakak ipar..."

Haris hanya menggelengkan kepalanya. Tanpa diduga Mawar pun masih mengikutinya.

"Kamu mau ngapain? Aku mau pulang, bukan mau ke ruangan lain..." Haris memperingatkan Mawar.

Psikiater muda itu berdecih.

"Sama. Aku juga lagi mau pulang. Aku baru berkunjung ke salah satu pasienku yang dirawat disini." Jelas Mawar.

Lift terbuka. Haris mengangsurkan ID cardnya untuk mengakses lift.

"Apa kabar mbak Yanti, Mas?" Tanya Mawar yang kini bersandar di salah satu badan lift.

"Alhamdulillah baik dan sehat."

"Masih sering mimpi buruk nggak? Soalnya dia sudah nggak konsumsi obat penenang lagi sejak dua minggu." Jelas Mawar.

Haris sontak terkejut. Hal itu sama sekali tak diketahuinya. Padahal dua minggu yang tadi dikatakan mawar, Yanti tertidur di sampingnya dengan sangat pulas dan tak sedikitpun tiba-tiba terbangun dan memekik dengan keras. Hal-hal seperti itu sudah lewat semenjak Yanti dahulu pernah mengalami hal tak menyenangkan bersama mantan suaminya.

" Terus gimana Hubungan Mas Haris dengan Mbak Yanti? Kupikir Mbak Yanti sudah mulai terbiasa dengan sentuhan lawan jenis. Buktinya ia sudah tidak mengkonsumsi obat penenang lagi."

Mendapatkan pertanyaan tersebut dari Mawar Justru Haris berpikir kembali. Memang benar semenjak keluar dari rumah sakit dan akhirnya mereka melangsungkan pernikahan, Yanti memang terbiasa tidur di sampingnya. Tapi itu memang benar-benar melangsungkan proses tidur dan terlelap. Untuk hubungan suami istri saja Haris belum pernah melakukannya sekalipun bersama Yanti. Ia masih belum berani bertindak jauh. Ia sangat ngeri apabila sewaktu-waktu Yanti menjadi histeris ataupun menjerit karena ulahnya.

"Bukan urusanmu." Ucap Haris tegas.

Tanpa Haris beritahu pun sebenarnya Mawar pasti sudah menduga bahwa hubungannya dan Yanti belum sampai ke tahap itu. Tapi dia tak mau membaginya dengan Mawar. Ia sangat tahu psikiater satu itu. Kemarin saja semua berita ataupun sesuatu yang diketahuinya ia beritahukan kepada orang-orang terpentingnya.

"Dasar pelit! Oke... aku duluan Mas, salam buat Bian ya... Bilang 'Aku Makin Cinta Sama Dia' bye-bye..." Mawar keluar lebih dahulu saat pintu lift terbuka. Haris hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir, sikap Mawar bisa berubah total saat ia di ruang praktik dan di luar praktik. Kadang- kadang ia menduga Mawar terlalu banyak terlibat dengam pasien-pasiennya yang mengalami masalah mental.

Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang