Rumah sudah dipastikan kosong dan hanya menyisakan Haris dan Bian. Ia sudah mengatur Binar dan Yanti agar membawa Raya jalan ke taman kota untuk mencari hiburan. Untuk saat ini ia sudah mewanti-wanti Yanti agar tak memberitahu Binar kejadian yang dialami Yanti. Jadi Haris memutuskan untyk berbicara empat mata bersama Bian dan menunggu hingga kepulangan Bian dari tugasnya.
Bian yang masih belum mengganti seragam pilotnya sudah menegang di depan kakak sulungnya. Pasalnya wajah Haris tak menampakkan senyum dan hanya mengernyitkan dahinya begitu dalam dari balik kaca matanya.
"Jangan ke atas dulu, duduk." Sela Haris yang melihat gelagat Bian hendak meninggalkannya.
Wajah Bian yang sudah kaku mengikuti kakaknya duduk di ruang tamu. Ia tarik dasi dari kerahnya dan membuka kancing paling atas agar ia lebih leluasa.
"Bisa kamu jelaskan tentang ini?" Tanya Haris yang mengangkat kunci di depannya ke arah Bian. Tetapi Bian tak mengucapkan sepatah kata pun.
"Biantara..." desis Haris yang masih memiliki sabar menghadapi adiknya.
"Saya yang kasih kunci itu ke bang Randy melalui Shelo."
"Praakkk!!" Dilemparkan Haris kunci rumah tersebut persis ke bangku sebelah Bian duduk.
"Apa maksud kamu?" Tanya Haris yang bersuara rendah menahan amarah.
"Harusnya Bian yang tanya apa maksud mas Bara menampung istri orang di rumah kita!" Bian kini bersuara lantang di hadapan kakaknya. Matanya berapi-api.
"Menampung? Are you lost your mind? Dia kerja! Tahu kamu arti kerja?" Jawab Haris lagi.
"Dari sebanyak orang yang ada, kenapa harus dia?! Kenapa harus perempuan sial itu?!"
"Jaga mulut kamu, Biantara!" Gelegar Haris. Nafasnya naik turun.
Bian terdiam. Seingatnya ini adalah pertama kalinya Haris membentak dirinya. Sebagai yang termuda, ia tak berani lagi menyanggah kakaknya. Ia membisu masih menatap kakaknya.
"Mas gak perlu menebak siapa yang mempengaruhimu. Shelomita? Atau mungkin Randy secara langsung?"
Bian yang mendengarnya mendengus.
"'Mempengaruhi'? Bukankah seharusnya kami yang tanya ke mas Bara. Apa yang membuat mas Bara berubah? karena perempuan itu? Atau jangan-jangan, mas Bara sudah tidur dengan dia..."
"Lancang kamu!!" Suara Bara begitu lantang menaikkan oktaf. Bian terkesiap beberapa saat.
"Dia perempuan terhormat! Bukan mas yang rekrut dia! Binar yang merekrut tanpa tahu siapa sebenarnya Aryanti Kinantia!" Jelas Haris lagi.
"Lalu apa yang membuat mas Bara berubah?! Bang Randy sendiri yang bilang kalau mas mendukung dia dan membenci perempuan itu! Tapi nyatanya?! Bang Randy aja nggak sangka perempuan itu ada di rumah kita!"
Dada Haris naik turun berbincang dengan Bian. Ia tak habis pikir bahwa Randy bisa mempengaruhi adiknya agar membenci Yanti persis seperti dirinya.
"Kalau Bian gak lihat dia dulu saat mas usir di takziah mbak Lisa, Bian gak akan tahu kalo dia istri siri bang Randy. Bang Randy sendiri yang kasih tahu kalau perempuan itu pembawa mala petaka! Perempuan yang hancurin hubungan dia dan mbak Qiara!"
Haris menumpu kedua sikunya ke kedua ujung lututnya. Tubuhnya mendekat masih menatap Bian dengan mata tajam.
"Randy gak salah, memang benar dulu mas sempat membencinya dan memperlakukannya kasar sebelum mas tahu yang sebenarnya! Jadi sebelum kamu menarik kesimpulan, lebih baik kamu tutup mulut kamu dan jaga sikapmu!" Ancam Haris lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Bahagia (TAMAT)
General FictionYanti adalah seorang janda yang sudah bercerai dengan suami pertamanya dikarenakan belum memiliki momongan. Dirinya dianggap mandul dan tidak sanggup bila suaminya ingin menikah lagi. Satu tahun setelah perceraian, Yanti ahirnya menemukan hidup nya...