Sukhoon. Pertama.

3K 118 7
                                    

Kemarin malam,

Malam ini,

Sama saja.

Jihoon menunggu.

Masih menunggu di pemberhentian yang sama.

Entah berharap pada siapa, ia tidak tahu.

Wajah sendunya meredup.

Kakinya bergerak kecil. Tak sampai pada pijakan.

Jihoon melihat dengan jelas satu kereta melaju dengan kencang.

Bukan, karena tidak berhenti pada stasiun ini.

Jihoon masih duduk tenang memandang tempat tunggu seberang.

Jihoon, kamu menunggu siapa?

"Tidak tahu," jawabnya pelan.

Memasukkan kedua tangannya pada saku jaket tebalnya. Tak berniat beranjak.

Siapa?

Jihoon bungkam. Tak ingin melawan sisinya yang lain. Yang selalu bertanya apa dan siapa.

"Jihoon!!"

Jihoon seketika berdiri dan menoleh sepenuhnya pada seorang lelaki yang tingginya sama dengannya. Senyum setenang embun itu mampu membuat rasa lega dihati Jihoon.

Menahan segala air mata agar tidak terburu jatuh.

"Jihoon, ini udah malam. Ngapain coba ke stasiun sendiri?"

Jihoon tersenyum ketika Hyunsuk langsung meraih kedua lengannya. Raut khawatirnya kental terbaca.

"Aku baru pulang kerja. Kebetulan baru 10 menit sampai kok. Aku duduk sebentar karena capek"

Bohong.

Jihoon pulang kerja pukul 20.00.

Dia menunggu selama dua jam.

"Yaampun, ayo kita pulang! Jangan sampai sakit! Aku marahin kamu lho"

Jihoon menerima gandengan tangan hangat Hyunsuk yang masih mengomel. Jihoon berjalan disampingnya. Menahan senyum. Hyunsuk hari ini sangat tampan. Topi baseball berwarna hitam itu nampak apik pada rambutnya yang mulai memanjang.

Ini satu-satunya jalan agar aku bisa bersamamu selalu, Hyunsuk. Aku rela menunggu selama apapun itu. Karena aku selalu mencintaimu. Setidaknya, setiap hari kita yang sibuk, aku tidak merasa kehilangan satu sama lain. Begitu juga kamu,

Kan?

"Jihoon, aku nginep tempat kamu ya. Pokoknya kamu harus minum obat oke? Walaupun sehat, badan kamu terlampau panas. Aku ngga mau sahabat aku sakit"

Tidak apa-apa, Jihoon.

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang