Part 19

9.3K 1K 44
                                    


Disekolah, chika saat ini sedang gelisah menunggu kedatangan ara.
Chika sudah menceritakan kejadian semalam pada sahabatnya.
Mereka juga tidak percaya jika ara sampai melakukan itu pada zee mengingat persahabatan mereka selama ini.

Tak lama kemudian zee datang bersama olla dan adel, ketiga sahabat chika langsung menghampiri zee untuk menanyakan keadaannya, terutama ashel yg terlihat sangat khawatir.

"Ara mana ?" Tanya chika menghampiri zee

"Mana kita tau" jawab olla

"Ga sekolah kali takut, soalnya ketauan mau bunuh anak orang" saut adel kemudian terkekeh

"Jaga mulut lo ya" ucap chika kesal

"Loh kenapa ? Kan emang bener dia mau bunuh zee" jawab olla

Akhirnya chika mengalah karena tak ingin ribut dengan mereka, dia lebih khawatir dengan keadaan ara saat ini, dari semalam ara tak menjawab tlpn mau pun membalas pesannya.

Hingga bel masuk berbunyi chika tak kunjung melihat ara masuk ke kelas, yg berarti fix hari itu ara tak datang ke sekolah.
Sedangkan kabar tentang ara yg mencoba membunuh zee langsung tersebar keseluruh penjuru sekolah.

*Skip

Sepulang sekolah chika memutuskan untuk langsung kerumah ara, entah kenapa dia sangat khawatir dengan keadaan ara saat ini.
Chika pergi kesana bersama ashel.

Sesampainya chika dirumah ara dia langsung turun dan mengetuk pintu rumahnya, tapi yg membuka pintu itu bukan ara melainkan mbak sri.
Mbak sri bilang kalau ara sedang tidak ada dirumah, dia pamit untuk mengunjungi mamanya.

Mendengar hal itu chika sedikit tenang karena ternyata ara baik baik saja, dia juga memutuskan untuk pulang terlebih dulu dan akan kembali nanti malam.

Chika mengantar ashel pulang terlebih dulu, karena sepertinya akan turun hujan chika bergegas agar cepat sampai rumah.








Hujan turun dengan derasnya, ara duduk disamping mobilnya dibawah derasnya air hujan.
Dia baru saja pulang dari makam mamanya, kini ara berhenti disebuah jembatan yg dibawahnya terdapat sungai besar dengan air yg deras, karena hujan air sungaipun ikut naik.

Ara duduk sambil memegang lututnya, dia menangis sendirian.
Ara menangis dibawah guyuran air hujan.

"Tuhan ... Maafin ara"

"Ara benar benar tidak kuat lagi"

"Ara pengen nyusul mama aja"

"Tidak ada gunanya juga ara hidup disini"

Kemudian ara berdiri dan berjalan menuju tepian jembatan, ara memperhatikan air sungai yg sangat deras, dia sedang meyakinkan diri untuk melompat kedalam sana.
Ara benar benar sudah putus asa, dia menganggap tidak ada lagi orang yg berpihak padanya didunia ini, dia menganggap dirinya tidak berguna dan tidak berharga.

Ara memejamkan matanya, air matanya mengalir deras, ara menangis hingga bahunya terguncang.
Kakinya terasa lemas tapi dia memaksa untuk tetap berdiri.

"Maafin ara pa, maaf selama ini ara cuma bisa nyusahin papa"

"Semoga dengan kepergian ara, hidup papa jadi lebih baik"

"Maafin ara tuhan"

Ara merentangkan kedua tangannya, matanya masih terpejam, dia membiarkan angin dan hujan menerpa tubuhnya.

Tak jauh dari sana, ada dua orang remaja yg masih memakai baju seragam sma, tengah berlarian dibawah hujan, mereka terlihat begitu bahagia, bercanda hingga tertawa dibawah derasnya hujan.

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang