Part 59

12.2K 1.1K 152
                                    

Chika manangis sesegukan dipelukan ara, pacarnya itu sudah menceritakan semua yg terjadi dalam hidupnya.
Dari mulai dia kecil, perlakuan kejam papanya, juga bagaimana dia harus hidup dalam tekanan dan mengubur dalam dalam impiannya.

"Sekarang kamu udh tau semuanya, aku kaya gini chik"

"Hidup aku berantakan banget"

"Apa kamu masi mau hidup sama aku ?"

Chika mendongak dan menatap dalam mata ara yg terlihat sangat sedih itu.
Chika mengusap pipi pacarnya, dia menggelengkan kepalanya.

"Itu semua ga akan merubah sedikitpun perasaan aku ke kamu raa" ucap chika

"Aku ga peduli mau se kelam apapun masa lalu kamu, aku suka sama kamu, aku cinta sama kamu bukan karena itu"

"Aku cuma ngerasa bersalah, karena selama ini aku gatau hidup yg kamu jalanin dan kamu lewati seberat itu"

"Maaf ya sayang, kalo aku malah makin nyusahin kamu dan nambah beban di hidup kamu"

Ara meneteskan air matanya, dia mengambil tangan chika dan menciumnya.

"Jangan minta maaf, justru aku makasih banget sama kamu, aku bersyukur bisa kenal kamu"

"Kamu yg bawa warna baru dalam hidup aku chik, kalo ga ketemu kamu mungkin aku udh nyerah sama semua ini"

"Kamu adalah hal yg paling berharga dihidup aku, setelah papa" ucap ara

"Kamu ga benci sama papa kamu ra ? Dia udh jahat banget sama kamu, apapun alasan om cio ngelakuin itu, itu tetep salah raa" ucap chika

Ara menggeleng sambil tersenyum pada chika.

"Mau bagaimanapun dia, mau seburuk apapun perlakuannya sama aku, dia tetep papa aku chik, darah dia mengalir di tubuh aku" jawab ara

"Dulu waktu masih belum mengerti semuanya aku kira papa adalah orang yg jahat, aku iri melihat anak anak lain di sayangi oleh orang tuanya, sedangkan aku tidak"

"Tapi setelah kenal kamu, aku jadi makin mengerti kenapa papa segila itu karena ditinggal mama"

Ara merapikan rambut chika dan menghapus air matanya, dia memegang dua pipi chika dan di usapnya pelan.

"Kehilangan orang yg kita cintai untuk selamanya, itu sama saja dengan dibunuh tapi tidak mati" ucap ara

"Kalo aku yg ada diposisi papa, aku mungkin akan lebih gila dari itu meski aku tau tindakan papa sama ke aku itu tidak bisa dibenarkan"

"Tapi aku ga benci sama papa, dia tetap sosok orang hebat yg aku kagumi, aku tau papa sayang sama aku, meski terhalang gengsi dan dendam yg selama ini dia pendam"

"Kalo papa emang bener bener benci sama aku, dia ga mungkin repot repot ngerawat dan ngasi makan aku kan chik ? Dia bisa buang aku atau bunuh aku sejak dulu"

"Seburuk apapun si gracio harlan itu, aku tetap bangga jadi anaknya" ucap ara sambil tersenyum

Chika langsung menghambur ke pelukan ara, chika tidak tau harus berkata apalagi, pacarnya ini benar benar orang yg luar biasa.

Ara membalas pelukan chika, dia sungguh sungguh tak peduli dengan semua luka dan rasa sakit ditubuhnya, ara tidak akan takut apapun mulai sekarang, selama ada chika disampingnya, dia akan baik baik saja.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yg mendengar semua obrolan mereka dari tadi.
Seseorang itu berdiri dibalik pintu kamar ara, tubuhnya bergetar air matanya menetes entah sejak kapan.

"Maafkan papa ara"








*Skip



"Kamu nginep disini aja ya"

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang