•••
"Ansell!"
Teriakan seseorang dari arah belakang, Ansell seorang laki-laki pun menoleh ke belakang. Ia melihat seorang perempuan cantik, dan perempuan tersebut telah berada di depannya sekarang ini.
"Pourquoi?" (Kenapa?)
"Voulez-vous vraiment changer de campus?" (Beneran kamu mau pindah kampus?)
"Oui c'est correct. Comment savez-vous?" (Iya, benar. Tau dari mana kamu?)
"J'ai entendu parler de mon ami. Alors quand as-tu fait ton déménagement?" (Aku dengar dari teman aku. Jadi kapan kamu mengurus kepindahan kamu?)
"Demain." (Besok)
Perempuan tersebut mendengar itu, seketika tidak semangat. Ia menatap kedua mata Ansell.
"Pourquoi si vite?" (Kenapa cepat sekali?)
"Ça fait des mois que j'ai prévu de déménager," jawab Ansell. (Sudah bulan lalu aku merencanakan pindah kampus)
"Où déménagez-vous?" (Kamu pindah ke mana?)
"Indonesia." Perempuan itu menghela napas berat. Ingin rasanya ia menahan Ansell untuk tidak pindah kampus, tapi apa boleh buat. Ia bukan siapa-siapa Ansell yang berhak melarang pria itu pergi, ia hanyalah teman bagi Ansell walaupun ia menganggap Ansell lebih dari teman.
"Bien. ne m'oublie pas ici." Ansell menyunggingkan senyum tipis, ia mengacak rambut perempuan tersebut. (Oke. Jangan lupakan aku di sini)
Sementara perempuan itu menegang mendapatkan perlakuan itu dari Ansell, laki-laki yang ia suka. Ia sangat bahagia, ingin rasanya dirinya loncat-loncat sekarang, tapi tidak mungkin di depan Ansell, yang ada dirinya dianggap aneh oleh pria itu.
"Je ne t'oublierai pas." (Aku tidak akan melupakanmu)
"Je dois retourner chez moi à présent," lanjut Ansell. (Aku harus pulang sekarang.)
Perempuan itu mengangguk pelan. "Prudent. À la prochaine." (Hati-hati. Sampai jumpa lagi)
Ansell pun meninggalkan koridor kampus, dibelakangnya masih ada perempuan tersebut. Tetapi ia tidak menoleh, ia terus saja melanjutkan langkahnya meninggalkan area kampus.
Sementara perempuan itu, hanya bisa menatap punggung Ansell yang perlahan menghilang dari depan matanya. Ini hari terakhirnya ketemu dengan Ansell, ia tidak tahu kapan lagi bisa bertemu.
Lagi dan lagi, ia menghela napas berat. Entah sudah berapa kali, ia menghela napas. Ia melanjutkan langkah untuk pulang ke rumah, hari ini ia tidak bersemangat.
•••
Seorang pria tampan, memiliki tubuh atletis, memiliki tinggi 179 cm, hidung mancung, banyak yang mengatakan bahwa pria tersebut adalah blasteran tetapi itu tidak benar. Ia hanyalah pri bumi dari Indonesia, kedua orangtuanya asli orang Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Berbeda (END)
Jugendliteratur[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Erina Hanasta, seorang perempuan cantik, bertubuh mungil yang cocok dipeluk. Erina dianugerahi kecantikan yang sangat cantik. Banyak yang iri dengannya, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Ingin menghindar? Ia sudah bebera...