8

2K 110 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Drrt ... drrtt ...

Getaran benda persegi panjang di atas nakas. Itu membuat atensi seorang gadis cantik yang tadinya mengerjakan sesuatu, mengambil benda tersebut. Ia melihat siapa yang membuat benda ini bergetar, ternyata telepon dari Delvisa.

Gadis itu, Erina menyalakan loundspeaker benda yang dinamakan handphone. Ia menaruh handphone tetap pada tempatnya, lalu melanjutkan aktivitasnya tadi.

"Ada apa, Del?"

"Lo jadi ke rumah, kan?"

"Iya jadi kok,"

"Nginap, kan?"

"Iya, Del. Ini gue lagi siap-siap,"

"Oke. Mau gue jemput gak?"

"Gak usah. Gue naik taksi aja ke sana,"

"Yakin?"

"Yakin. Udah dulu, gue hampir selesai,"

"Oke, gue tunggu di rumah,"

Sambungan telepon terputus. Ya, Erina akan menginap di rumah Delvisa atas perintah gadis itu lebih tepatnya paksaan Delvisa. Padahal Erina tidak enak dengan keluarga Delvisa.

Karena berhubung hari ini merupakan hari sabtu, Erina akan menginap selama tiga hari sampai hari senin. Ia akan pulang kembali ke rumahnya saat pulang kuliah hari senin.

Erina membawa hanya beberapa baju saja, tidak terlalu banyak. Ia telah selesai memasukkan beberapa baju ke dalam tas. Tak lupa ia membawa beberapa buku kuliahnya agar tidak pulang lagi nanti.

Setelah di rasa sudah semua dan tidak ada lagi tertinggal, barulah Erina keluar kamar dan mengunci pintu kamar. Ia memastikan semuanya tidak ada yang menyala di dalam rumah, bisa gawat jika terjadi sesuatu nanti.

Erina keluar rumah dan menguncinya, ia berjalan sedikit menuju halte. Ia menunggu taksi yang lewat. Dari kejauhan, ia melihat sebuah taksi. Ia pun memberhentikan taksi tersebut dengan melambaikan tangannya ke depan.

Taksi pun berhenti di depan Erina, lalu dirinya masuk ke dalam taksi dan menyebutkan alamat rumah Delvisa. Beberapa menit kemudian, taksi Erina telah memasuki kawasan komplek yang berisi rumah-rumah yang terbilang mahal dan fantasi harganya.

Taksi Erina telah berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar yang tinggi berwarna coklat. Dinding rumah tersebut pun warna cream, warna netral.

"Ini rumahnya, Neng?" tanya sopir taksi.

"Iya, Pak. Ini uangnya." Erina memberikan uang seratus ribu satu lembar pada sopir taksi tersebut. Lalu diterima baik oleh sopir taksi.

"Ini kembaliannya, Neng." Erina pun mengambil kembalian uangnya lalu memasukkan ke dalam tas.

Dunia Berbeda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang