•••
Bagi sebagian orang, keluarga menjadi tempat di mana bisa mengeluarkan keluh kesah, meminta pendapat dan lain sebagainya. Dan kakak laki-laki, bisa menjadi tameng untuk melindungi adik perempuannya, menjadi sandaran ternyaman untuk adiknya setelah papa.
Tapi tidak dengan Erina Hanasta Raveena, keluarga dan kakak laki-lakinya tidak bisa menjadi apa yang dibutuhkan orang lain. Erina sudah dikecewakan oleh keluarganya sendiri.
Erina membutuhkan tempat di mana ia bisa mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam selama ini. Ia ingin menangis, tapi air matanya terasa sudah kering. Ia sudah lelah menangis beberapa hari lalu.
Hubungan Erina dengan keluarganya setelah kejadian tersebut sedang tidak baik-baik saja. Erina menghindar dari mereka semua, jauh di lubuk hatinya ia masih sangat sangat kecewa. Jika masih ada kata di atas sangat, maka itu bisa menggambarkan Erina sekarang.
Erina tidak habis pikir, kenapa keluarganya menyembunyikan hal sebesar ini. Jika bukan Ansell yang bertanya, maka ia juga tidak akan mengetahui fakta besar ini.
Bahkan hubungan Erina dan Axton terlihat renggang. Gadis itu selalu saja menghindar dari laki-laki yang punya julukan laki-laki pemaksa.
Axton? Jangan ditanya, ia sebenarnya ingin marah pada Erina karena selalu menghindar. Tapi ia harus bisa menahan amarahnya sampai hubungan keluarga gadisnya membaik. Setelah itu, barulah ia akan memarahi dan memberikan hukuman untuk gadisnya.
Gadisnya sudah terlalu banyak melanggar aturan yang ia buat. Contohnya, makan makanan pedas, makan makanan yang tidak bergizi, telat makan, dan masih banyak lagi.
Delvisa, sahabat Erina sudah tahu permasalahannya. Ansell yang memberitahukan pada gadis itu. Delvisa membantu Erina untuk berbaikkan atau sekedar bicara pada keluarganya. Tapi Erina tetaplah Erina, si gadis keras kepala.
Mau Delvisa bicara panjang kali lebar kali tinggi, Erina tidak akan mendengarkan Delvisa. Dengan kata lain usaha Delvisa sia-sia saja. Bahkan orang tua Delvisa pun turun tangan, tapi hasilnya tetap sama. Semuanya kembali pada Erina.
Seperti ini, Erina berada di sebuah taman yang ramai. Ia keluar rumah hanya ingin menjernikan pikirannya, ia harus memikirkan sesuatu. Sejujurnya Erina ingin berbaikkan dengan keluarganya tapi entah kenapa ada sesuatu dalam dirinya tidak ingin berbaikkan. Ia sangat bingung sekarang.
Sudah 1 jam lebih Erina duduk di taman tersebut, ia tidak ada niatan untuk beranjak dari sana. Suasana taman sangat sejuk hari ini.
"Kalau diingat-ingat lagi, akting gue kemarin keren juga, ya."
"Tapi tunggu, berarti ini bukan dunia novel, dong. Ini dunia nyata?"
"Mereka terlalu percaya dengan apa yang dilihat. Percuma punya kekuasaan, tapi gak digunain sama sekali."
Erina kembali terdiam. Ia terkejut mendengar suara yang tiba-tiba dari belakangnya. "Gue boleh duduk di sini?"
Erina berbalik ke belakang sebentar lalu kembali menatap ke depan setelah mengetahui pemilik suara tersebut. "Duduk aja. Gak ada larangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Berbeda (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Erina Hanasta, seorang perempuan cantik, bertubuh mungil yang cocok dipeluk. Erina dianugerahi kecantikan yang sangat cantik. Banyak yang iri dengannya, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Ingin menghindar? Ia sudah bebera...