•••
Suasana kelas Erina sangat ramai dikarenakan belum kedatangan Dosen. Hari ini Delvisa dan Erina satu tempat duduk. Tempat duduk mereka tidak setiap hari satu, terkadang mereka pisah tempat duduk. Tergantung siapa duluan yang dapat tempat duduk, begitulah di kelas Erina.
Selagi menunggu dosen datang, Delvisa dan Erina saling mengobrol dengan berhadapan. "Lo masih ngerasa diikutin?"
Erina menganggukkan kepala pelan. "Masih."
"Lo belum tau siapa orangnya?" tanya Delvisa.
"Iya. Setiap gue pulang kerja, gue ngerasa ada orang yang ikutin sampai rumah," jawab Erina.
Delvisa mengelus pundak Erina. "Lo tenang aja, gue udah minta bantuan papa biar cepat ketemu orangnya."
"Gak usah, Del. Nanti papa lo keberatan," ucap Erina. Beginilah Erina, tidak mau menyusahkan orang lain walaupun itu menyangkut dengan keselamatannya.
"Papa gak ngerasa keberatan kok, malah dia marah pas tau lo diikutin sama orang," ujar Delvisa.
"Lo benar?" Delvisa menganggukkan kepala.
"Yaudeh. Sampaikan makasih sama papa lo." Delvisa kembali menganggukkan kepala.
Tak selang dari itu, dosen masuk ke dalam kelas Erina. Dan tiba-tiba menyuruh mahasiswa dan mahasiswinya menghitung. Di kelas mereka menatap bingung dosen mereka dan hanya mengikuti instruksi dosen.
Di kelas telah selesai menghitung, dan Erina mendapatkan nomor 15 sedangkan Delvisa nomor 14 . Mereka diminta untuk saling duduk sesuai nomor. Satu nomor terdapat dua mahasiswa maupun mahasiswi.
Erina pun menghitung sampai nomor 15, dan dapat. Ia pun berjalan menuju kursi di belakang. Ia sempat menyapa teman sebangkunya, tetapi tidak ada balasan.
Erina hanya bisa menghela napas pelan, kenapa ia harus satu tempat duduk dengan mahasiswa yang terkenal malas di kelasnya.
Mereka semua diminta saling kerja sama dengan teman sebangkunya mereka masing-masing. Erina sendiri menepuk pundak temannya dan tidak ada respon sama sekali. Ia pun mengerjakan sendiri, dan bertanya pada teman di sebelahnya yang tidak ia mengerti.
1 jam telah berlalu, teman sebangkunya sama sekali tidak membantu. Ia hanya mengerjakan sendiri, jadi ia memutuskan untuk bangkit dari duduknya tetapi saat ingin pergi. Tiba-tiba saja lengannya di tangan dan pelakunya adalah teman sebangkunya, ia pun duduk kembali tetapi temannya itu tidak membantunya lagi.
"Sebenarnya apa mau dia sih. Bantu gak sama sekali. Giliran gue mau pergi, dia nahan gue." batin Erina, ia sendiri sudah kesal dengan temannya itu.
Seorang pria tampan datang ke kursinya. "Erina."
Erina mendongak dan menaikkan alisnya. "Iya?"
"Lo udah selesai?" Erina hanya menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Berbeda (END)
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Erina Hanasta, seorang perempuan cantik, bertubuh mungil yang cocok dipeluk. Erina dianugerahi kecantikan yang sangat cantik. Banyak yang iri dengannya, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Ingin menghindar? Ia sudah bebera...