14

1.5K 94 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sinar matahari menyinari bumi  menandakan sudah waktunya makhluk ciptaan Tuhan bangun dan melakukan aktivitas di pagi hari.

Sinarnya menembus celah-celah jendela rumah yang tidak tertutup tirai. Cahaya tersebut membuat Erina bangun dari tidur cantiknya.

"Eungh." Erina merenggakan otot-ototnya agar bisa bergerak seperti biasa lagi.

Dia bangkit dan masuk ke dalam kamar setelah memastikan semua nyawanya telah bersatu kembali. Bau vanilla menyeruak di dalam kamar tersebut, bau yang sangat memabukkan bagi kaum adam.

"Selesai. Saatnya kita sarapan." Erina keluar kamar dengan menentang tasnya. Setelah itu, ia meletakkan di kursi meja makan. Lalu memasak sarapan untuk dirinya sendiri.

Nasi goreng, sosis, dan timun menjadi sarapan pagi gadis tersebut. Hanya itu yang ada di dalam kulkas, dia belum membeli bahan makanan. Gajinya belum keluar, jadi dia harus menghemat makanan sekarang.

"Gak papa sedikit gue makan, asal perut gue terisi." Kata yang terus dia katakan disaat bahan makanannya tersisa sedikit dan gajinya pun belum keluar.

Dia sudah bersyukur masih bisa makan enak walaupun tidak seenak makanan lain. Masih banyak di luaran sana yang belum bisa makan seperti dirinya. Tuhan masih memberikan dia sedikit rezeki.

Erina telah selesai sarapan, dia mencuci piring bekas sarapan dan meletakkan kembali di tempatnya. Dia mengambil tas dan menyampingkan ke pundak kanan.

Dia keluar rumah dan menunggu bus datang. Dia tidak lama menunggu, dia masuk ke dalam bus dan menikmati semilir angin pagi Jakarta.

Bus berhenti di depan gedung, Erina turun dan berjalan menuju fakultasnya seperti biasa.

"Pagi, Erina."

"Pagi, Del."

Delisa merangkul lengan Erina. "Kelas?"

"Iya, emangnya kita mau ke mana lagi selain kelas?" ucap Erina.

"Kali aja lo mau ke mana gitu," balas Delvisa.

Erina menggelengkan kepala. "Ada-ada aja lo. Ayo ke kelas, nanti kita telat."

Kedua gadis berjalan menuju jurusan. Mereka bertemu di fakultas tadi.

•••

Awan nampaknya menurunkan air yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

"Yaa, kenapa hujan?" Tangan cantik dan halus milik Erina terkena derasnya hujan.

"Padahal tadi terang banget." Rencana Tuhan memang tidak pernah bisa diprediksi.

Contohnya saja, pagi tadi saat Erina berangkat tidak ada tanda-tanda akan mau hujan. Langit sangat cerah dan tidak mendung. Dan tiba-tiba saja, saat Erina baru keluar kelas, hujan turun dengan sangat deras.

Dunia Berbeda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang