06. Silence

15.6K 822 11
                                    

Selama hampir seharian ini, Helenina lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bersantai. Bahkan berpikir bahwa dia sangat dimanjakan oleh pelayan pribadinya. Tidak sedikit pun kekurangan kudapan, dan tehnya dipastikan selalu dalam keadaan hangat.

Helenina bertanya-tanya apakah tidak ada pekerjaan apa pun untuknya sebagai seorang Nyonya? Dia melihat ibunya di rumah tampak sangat sibuk setiap saat, sesekali juga melakukan pekerjaan bisnis ke luar kota atau negara untuk membantu ayahnya. Apakah nanti Helenina juga akan melakukan hal-hal semacam itu?

Bukannya Helenina tidak mau, tapi dia ragu tubuhnya akan bisa mengemban tugas bepergian jauh. Bahkan saat dia tidak melakukan apa pun, tubuhnya sering jatuh sakit.

Selama tinggal di rumah keluarganya, tidak sekali pun Helenina diberikan tugas-tugas atau pekerjaan oleh ayahnya. Sementara jadwal Rosaline padat, seperti menghadiri pesta-pesta bergengsi atau melakukan perwakilan ke luar negeri.

Orang-orang mungkin akan berpikir bahwa Helenina terlalu dimanjakan oleh ayahnya, namun yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya.

Thomas Baron terlalu tidak percaya pada kemampuan yang Helenina miliki, baginya Helenina adalah anaknya yang telah gagal dan kehadirannya hanya akan membawa sial. Helenina tidak tahu apa yang membuat ayahnya sampai berpikir seperti itu. Apa karena dia tidak sepintar Henry? Atau karena dia tidak semenawan Rosaline? Apa pun alasannya, penilaian ayahnya tersebut telah berhasil mempengaruhi Helenina dalam menilai dirinya sendiri. Thomas Baron mungkin berpikir, daripada harus membuat Helenina terlihat di hadapan orang-orang dan mengancam reputasi keluarga mereka karena kekurangan yang dia miliki, lebih baik dia diasingkan sehingga tidak ada orang yang tahu tentang dirinya kecuali hal yang baik-baik.

Bukankah itu hal yang bagus? Helenina berpikir dengan ironi. Karena sekalipun ayahnya sering berlaku kasar dan menyakitinya, tapi pada kenyataannya pria itu masih peduli pada reputasi putrinya.

Namun, siapa yang hendak Helenina bohongi? Dia tidak peduli dengan penilaian orang lain yang tidak dia kenal, dia hanya ingin perhatian dan kasih sayang dari keluarganya.

"Nyonya, waktu makan malam akan segera tiba. Saya akan membantu Nyonya bersiap-siap."

Lamunan Helenina buyar ketika mendengar suara Aria. Dia bahkan nyaris lupa tentang keberadaan gadis itu. Sebagai jawaban, Nina mengangguk.

Aria menatap sang nyonya dengan tatapan khawatir. Selama hampir seharian mereka bersama, Helenina nyaris tidak berbicara dengannya. Aria mengira bahwa dia akan dihadapkan dengan seorang nyonya yang cerewet yang akan membuatnya bekerja tiada henti, sehingga Aria berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan yang terbaik.

Namun yang terjadi, nyonya barunya ini adalah tipe orang yang sangat pendiam dan tampaknya lebih menyukai kesunyian daripada keramaian. Tapi sekalipun begitu, Aria tidak bisa melupakan kejadian siang tadi.

Apa kiranya yang sang nyonya pikirkan?

Apakah itu membuatnya sedih?

"Aria," panggil Helenina.

Gadis pelayan itu sontak mengalihkan perhatiannya dan mendekat pada Helenina. "Ya, Nyonya?"

"Apa Tuan biasanya makan malam di rumah?"

"Tuan ... sering makan malam di rumah," jawab Aria, yang terdengar sedikit ragu.

Sering, tidak berarti selalu, tidak juga berarti tidak pernah. Helenina hanya berharap bahwa malam ini dia diberikan kesempatan lebih untuk tidak bertemu dengan pria itu. Tidak maksud untuk menghindar, tapi sekadar untuk menyiapkan diri, karena Helenina belum siap untuk bertemu dengannya lagi.

***

Harapan Helenina dengan cepat menjadi abu saat melihat Arthur telah duduk di kursinya di ruang makan yang megah dan mewah itu. Langkah Helenina sontak terhenti, begitu pun juga rasanya napasnya. Melihat pria itu duduk di sana dengan aura kekuasaannya yang begitu gelap dan menguasai, Helenina tidak bisa menghindar dari rasa gugup dan cemas yang muncul secara otomatis.

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang