37. New Game

12.9K 485 10
                                    

TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 37 – New Game

Berbaring di ranjang yang sempit ini bersama pria dengan tubuh besar dan tinggi seperti Arthur ternyata tidak terlalu buruk, tapi juga tidak akan terasa nyaman dalam waktu yang lama. Helenina merasa seolah dirinya meleleh seperti krim keju setelah apa yang Arthur lakukan padanya tadi, sehingga kalau memang ada ketidaknyamanan, dia tidak akan sadar.

Yang hanya ingin Helenina lakukan sekarang adalah berbaring di dalam pelukan Arthur dan tertidur. Tapi jauh di dalam benaknya, Helenina tahu bahwa dia tidak bisa melakukan hal tersebut.

Helenina perlu diingatkan di mana dirinya berada sekarang.

Ah ya, di rumah keluarganya, setelah menghadiri acara makan malam yang begitu canggung.

Dan kemudian di sinilah Helenina sekarang, di kamarnya, di atas ranjang yang sempit, di dekapan erat suaminya dan dalam kondisi puas secara batin.

Wajah Helenina memerah saat menyadari apa yang telah mereka lakukan tadi. Bagaimana dirinya bergetar di dalam pelukan dan sentuhan Arthur sampai mencapai dua pelepasan yang membuat kepalanya langsung kosong. Tapi kali ini terasa berbeda, karena Arthur tidak melakukannya seperti sebelumnya. Pria itu berhenti setelah Helenina selesai untuk yang kedua kali, dia tidak melanjutkan untuk mendapatkan pelepasannya sendiri.

Helenina pun merasa seolah ada sesuatu yang belum tertuntaskan. Tapi karena Arthur tidak mengatakan apa pun, Helenina pun juga tidak.

Berbaring seperti ini pun rasanya sudah cukup, cukup damai. Arthur mengusap punggungnya dengan gerakan seringan bulu, sementara Helenina bersandar di dadanya, mendengarkan detak jantungnya yang berdetak normal.

"Aku ingin pulang," lirih Helenina kemudian.

Arthur menunduk, menatapnya lama. Lalu pria itu tiba-tiba saja tersenyum sembari mengusap sisa air mata di pipi Helenina yang masih merona merah.

"Tunggu sebentar, kau perlu dibersihkan terlebih dahulu." Arthur kemudian bangkit, pergi menuju pintu kecil di pojok kamar yang merupakan pintu kamar mandi. Dan sekembalinya ke ruangan, Arthur membawa handuk beserta wadah kecil. Helenina bingung untuk apa dua benda itu, tapi Arthur tampak seolah dia tahu apa yang dilakukan.

"Berbaringlah di punggung!"

Helenina mengernyit, tapi pada akhirnya menurut. Dia berbaring kaku di punggung.

Arthur mendekat ke arahnya, menyibak selimut yang menutupi tubuh Helenina. "Buka kakimu, Nina!"

Helenina tertegun. Yang satu ini ... tidak langsung dia turuti. Alih-alih, dia bertanya, "Untuk apa?"

"Aku hendak membersihkanmu. Tadi kau keluar sangat banyak. Dan kau tidak akan merasa nyaman dengan cairan licin itu di selangkanganmu, kan?"

Mungkin sekarang wajah Helenina sudah jadi semerah buah ceri karena penjelasan Arthur yang sangat gamblang itu. Namun tampaknya Arthur sama sekali tidak terpengaruh. Dia duduk di pinggir ranjang, lalu menarik kedua kaki Helenina sehingga Helenina mengangkang di hadapannya.

Helenina tidak punya waktu untuk memprotes karena Arthur menahannya dengan begitu kuat. Sehingga Helenina pun pasrah. Dia menatap ke arah langit-langit kamar dengan jantung berdetak sangat kencang sementara Arthur mulai mengelap bagian dari tubuhnya yang sangat intim itu.

Karena penasaran, Helenina menunduk, berniat hanya untuk menoleh sekilas, namun terkejut saat dia melihat pemandangan Arthur yang tampak begitu berkonsentrasi dengan tatapan tertuju pada kewanitaannya.

"Nina, kenapa cairannya tidak kunjung berhenti keluar?" gumam Arthur dengan nada heran, seolah pria itu tidak tahu artinya apa. "Dan ini terus berkedut-kedu. Apa kau—"

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang