34. Her Weakness

12.1K 756 383
                                    

Berdua di ruangan tersebut membuat Helenina menyadari akan seberapa jauh dirinya dengan Rosaline. Mereka adalah kakak beradik, tapi nyaris tidak saling mengenal terhadap satu sama lain. Dia duduk dengan kaku di hadapan Rosaline, sementara Rosaline menjadi dirinya yang selalu tampak tenang dan elegan. Kudapan manis juga teh tersaji di atas meja. Rosaline kemudian bergerak untuk menuangkan teh ke cangkirnya juga cangkir Helenina.

"Terima kasih," kata Helenina saat menerima teh tersebut.

"Sama-sama," sahut Rosaline. Dia menyesap tehnya, kemudian meletakkannya lagi bersama tatakannya di meja dan menatap ke arah Helenina.

Sementara Helenina masih menunduk menatap ke arah permukaan tehnya sendiri yang belum dia minum.

"Nina," panggil Rosaline.

Helenina langsung mendongak. "Y-ya?" jawabnya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

Rosaline sama sekali tidak tersenyum padanya, namun Helenina tahu bahwa adiknya itu tengah merasa santai, tidak setegang sebelumnya saat di ruang makan tadi.

"Seperti yang kau lihat," jawab Rosaline acuh.

Helenina mengangguk paham. Dia menunduk lagi, menahan diri untuk tidak langsung bertanya tentang alasan kenapa Rosaline melarikan diri di hari pernikahannya. Dan ke mana dia pergi? Lalu bagaimana keadaannya sekarang? Karena hanya dengan melihat—seperti yang Rosaline katakan—Helenina tidak akan tahu kabar adiknya itu.

"Kau yakin kalau baik-baik saja?" Rosaline kembali bertanya.

Helenina pun mengernyit karena seolah-olah Rosaline tidak percaya dengan jawabannya di awal tadi.

"Ya, tentu saja. Aku baik-baik saja."

Rosaline tiba-tiba mendengus. "Aku tidak pikir begitu. Menikah dengan Arthur Rutherford adalah mimpi buruk, untukku juga untukmu," ucapnya, dengan pandangan menerawang ke depan.

Helenina juga melakukan hal yang sama, dia menatap lurus ke belakang tubuh Rosaline, ke sebuah jendela yang menampilkan pemandangan di taman yang tampak hijau dengan sedikit noda putih salju.

"Tidak sepenuhnya begitu," jawab Helenina kemudian, tersenyum.

Rosaline menyipitkan matanya, lagi-lagi tampak seolah dia tidak percaya dengan jawaban yang Helenina lontarkan. Namun dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya menghela napas.

"Maafkan aku," kata Rosaline.

Permintaan maaf yang tiba-tiba itu mengejutkan Helenina. "Ma-maaf? Untuk apa?" tanyanya dengan bingung.

"Aku tidak menduga kalau Ayah akan membuatmu menggantikanku di altar. Henry bilang bahwa dia akan mengurus semuanya, tapi saat dia kembali ... kau sudah mengenakan gaun pengantinku dan berdiri di samping pria itu."

"Tu-tunggu! Apa ... apa maksudmu, Rosaline? Aku tidak mengerti." Semua yang Rosaline katakan padanya, tidak satu pun yang Helenina pahami.

Setelah sesaat terdiam dan hanya saling menatap, Rosaline akhirnya menjawab, "Henry membantuku."

"Melarikan diri?"

Rosaline mengangguk.

Helenina menutup mulutnya tidak percaya. Dia menduga bahwa pastinya Rosaline telah merencanakan semua ini dengan matang, begitu pun juga dengan Henry. Pantas Helenina tidak melihat Henry di awal acara pernikahannya saat itu. Namun yang Helenina tidak tahu, apa alasan Rosaline? Dan kenapa Henry mau membantu? Bukankah sebelum pernikahan, Rosaline dan Arthur sempat menjalani pendekatan? Helenina pikir ... Helenina pikir mereka saling menyukai satu sama lain. Dan bukankah juga Henry dan Arthur berteman?

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang