15. His Fear

13.7K 790 16
                                    

LOVING THE HEARTLESS HUSBAND chapter 15 – His Fear

Baru kemarin Helenina dipenuhi kebahagiaan karena berpikir bahwa kondisi tubuhnya telah membaik. Sudah beberapa hari ini dia tidak jatuh sakit dan rasa pusing disertai dentuhan halus di kepalanya mulai berkurang, tidak sekeras sebelumnya. Namun, pagi ini Helenina terbangun dengan perasaan terburuk setelah berhari-hari. Tubuhnya terasa lelah tanpa sebab, dentuman di kepalanya semakin keras dan membuatnya pening. Temperatur tubuhnya juga terasa sedikit meningkat.

Helenina tidak terkejut dengan kondisi yang tiba-tiba ini, tapi dia hanya merasa kecewa.

Dan dia yang biasanya bangun lebih awal sebelum para gadis pelayannya datang, hanya mampu berbaring tidak berdaya di ranjang sampai suara Aria memanggilnya di pintu kamar. Helenina pun mempersilakan mereka masuk dan membiarkan Aria, serta Sarah dan Molly membantunya bersiap-siap.

Ketiga gadis pelayannya itu sepertinya menyadari kondisi Helenina, sehingga beberapa kali mereka bertanya apakah Helenina baik-baik saja.

Namun, tentu saja, Helenina tidak ingin memberi tahu yang sebenarnya, dia tidak mau orang lain menganggapnya lemah. Sehingga sebisa mungkin, Helenina menyembunyikan kondisinya pagi ini.

"Tanggal berapa sekarang?" tanya Helenina, berharap bisa mengalihkan topik pembicaraan dari kondisi kesehatannya dengan berbasa-basi singkat. Namun alih-alih, Helenina jadi teringat dengan Arthur, dan berapa lama sudah suaminya itu pergi.

"Ini tanggal 17 Desember, Nyonya," jawab Sarah yang tengah menata rambut sang nyonya.

"Oh, itu berarti besok Tuan akan pulang!" Aria berkata dengan semangat.

Sementara itu, Helenina mulai termenung. Kecemasannya timbul dengan cepat. Karena kalau Arthur pulang besok dan menemukan Helenina dalam kondisi lemah seperti ini, pria itu pasti akan merasa semakin kecewa padanya.

"Tidak ada pria yang menginginkan wanita lemah dan sakit sepertimu!" cerca ayahnya pada suatu hari.

Helenina mengingat kata-kata itu dengan jelas dan tidak kuasa merasa khawatir dengan reaksi Arthur nanti.

"Ah, Aria, bisakah kau meminta pada Duncan untuk membuatkanku teh jahe dan madu?" kata Helenina cepat kepada gadis pelayannya.

"Baik, Nyonya. Saya akan sampaikan itu pada Duncan."

Setelah selesai bersiap-siap, Helenina pun keluar untuk sarapan di ruang makan, seorang diri. Dia tidak terlalu suka ditemani saat makan, kecuali mereka ikut makan bersamanya, sehingga Helenina pun memerintahkan para pelayan untuk meninggalkannya sendiri.

Helenina menyantap makanannya dengan pelan. Pandangannya tertuju pada jendela dengan pemandangan taman di sebelah Timur. Pagi ini matahari tertimbun oleh tumpukan tebal awan kelabu yang bergelung dan beramai-ramai menumpahkan serbuk putih yang kini beterbangan di udara; salju.

Helenina tidak terlalu menyukai salju, dia memang tidak pernah suka pada musim dingin pada umumnya. Itu karena selain suhu yang menurun, kekebalan tubuhnya pun juga ikut menurun. Dia paling sering jatuh sakit saat musim dingin. Persis seperti sekarang.

Tapi besok, dia tidak bisa terus dalam kondisi begini, karena Arthur akan pulang dan pasti dia akan menyadari kalau ada sesuatu yang salah dengan istrinya..

Pemikiran itu memberikan Helenina semangat untuk sembuh.

Dia akan melakukan apa pun untuk supaya besok kesehatannya kembali seperti sedia kala.

***

"Apa katamu?"

"Nyonya tampaknya sedang tidak enak badan, Tuan. Dia melewatkan makan malam dan hanya makan sedikit kudapan."

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang