07. Important Matter

14.3K 864 2
                                    

Mata Helenina berkedip menatap wanita itu, yang tampaknya juga sama terkejutnya seperti Helenina. Mereka berdiri di sana tanpa mengatakan apa pun.

Kemudian seolah tersadar, ekspresi terkejut di wajah wanita itu lenyap, dia menegakkan bahunya dan melangkah melewati Helenina— pergi dengan langkah tergesa. Helenina tanpa sadar memandang wanita itu sampai dia menghilang di belokan lorong yang akan membawanya ke tangga.

Sebelum Helenina sempat mencerna kejadian tersebut, sebuah suara kembali mengejutkannya.

"Helenina."

Helenina langsung berjengit dan kembali menoleh ke depan. Saat ini, tubuh yang lebar dan kokoh memenuhi ambang pintu dan menutupinya dalam bayangan gelap. Helenina mendongak, menatap sepasang mata kelam yang menatapnya dingin.

"Apa yang kau lakukan di sini?" kata Arthur.

Barulah saat itu Helenina teringat akan tujuan awalnya untuk datang. Dia mengalihkan pikirannya dari wanita tadi dan mengabaikan rasa segannya, kemudian menjawab, "Aku ingin bicara sebentar. Bolehkah?"

Arthur menatapnya lama, sangat lama. Alis tebal pria itu yang menukik tajam tampak sedikit mengerut.

Helenina meremas tangannya di depan, khawatir akan respon Arthur. Apakah dia melakukan salah karena telah meminta suaminya yang super sibuk untuk bicara dengannya?

Helenina pun cepat-cepat melanjutkan, "Ka-kalau kau sibuk, aku ... aku akan menunggu."

"Di mana kau akan menunggu?"

Helenina terkejut mendapatkan pertanyaan itu. Matanya yang berwarna biru safir indah langsung teralihkan dengan cepat. Dia terdiam sebentar sebelum menjawab dengan ragu, "Di ... sini?"

"Kalau begitu tunggulah di sini," kata Arthur, tepat sebelum pintu tertutup kembali dengan rapat.

Helenina tertegun, bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu, tapi menutup kembali. Akhirnya, dia pun terdiam lagi, berdiri di sana seperti orang yang kehilangan arah.

Tapi karena sudah berjanji, dan sesuatu yang hendak dia bicarakan ini sangat penting, jadi Helenina pun menunggu di sana.

Beberapa detik sampai puluhan menit berlalu, Arthur tidak juga keluar dari ruang kerjanya. Helenina bersandar di dinding dengan kepala tertunduk. Dan karena pegal, tubuhnya pun merosok ke lantai, dia duduk di sana seraya memeluk lututnya.

Waktu terasa begitu lama berlalu.

***

Arthur terluka. Nyeri yang dia rasakan di lengannya mulai berkurang setelah penanganan yang tepat dari putri dokter pribadinya; Dokter Iriana. Wanita itu datang tepat setelah Francis memanggilnya, memberi tahu bahwa sang tuan terjatuh saat sedang berjalan-jalan di taman, tapi tidak ada penjelasan lebih.

Selesai makan malam, Arthur berpikir bahwa dia butuh untuk menjernihkan pikirannya yang sempat kacau dan sangat teralihkan dari hal-hal penting seperti pekerjaannya, hanya karena seorang wanita yang belum lama ini tinggal di mansion ini bersamanya. Arthur berjalan-jalan di taman, bahkan sampai menyusuri bukit yang pohon-pohon di sekitarnya mulai menguning karena akan memasuki musim gugur.

Menghilangkan bayang-bayang wanita itu bukanlah sesuatu yang sulit karena alam dengan cepat membuatnya terpukau. Ditambah dengan udara dingin yang membuat menggigil.

Langkah Arthur terhenti di daerah bebatuan menuju danau. Dia terdiam di sana menatap pada kejauhan, dan saat pikirannya kembali kosong, bayang wanita itu kembali, semudah dia menghilangkannya. Arthur pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Namun, entah apa yang terjadi, mungkin karena pencahayaan yang kurang atau karena saat itu telah turun hujan sehingga bebatuan di sana licin, Arthur tergelincir dan potongan ranting tajam menggores lengannya sampai berdarah.

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang