36. Finger (⚠️)

16K 490 15
                                    


TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 36 – Finger (⚠️)

Helenina mengangkat pandangannya, memberikan Arthur tatapan memohon.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Arthur, tersenyum tipis penuh arti.

"...." Helenina terhenyak, karena tidak mungkin dia bisa menjawab.

"Aku tidak akan tahu kalau kau tidak memberitahuku, Nina."

Dengan wajah memerah padam, Nina pun memberanikan diri mengucapkannya. "Ci-cium."

"Hm? Apa?"

"Cium." Helenina menghindari tatapan Arthur dan mengucapkannya dengan suara yang lebih pelan.

Senyum di bibir Arthur melebar menjadi sebuah seringaian. "Kau bilang cium? Bagian mana yang kau ingin aku cium, Nina?"

Ya ampun, Helenina mulai merasa kepalanya berkunang-kunang. Bagaimana dia bisa menjawab? Tidak bisakah Arthur melakukannya langsung tanpa harus bertanya-tanya terlebih dahulu seperti pada malam itu?

Arthur menangkup wajah Helenina, menghapus air matanya. "Ekspresi ini ...," dia menggumam, "kau paham bahwa dengan menatapku dengan air mata memelas seperti ini hanya akan menjerumuskanmu dalam masalah kan, Nina?"

"Arthur." Helenina berubah pikiran. Sebaiknya sekarang dia menjauh dan pergi sejauh mungkin.

"Terlambat," bisik Arthur, seolah menyadari niat Helenina itu. Dia menekan ibu jarinya ke bibir Helenina yang basah dan bengkak, kemudian memasukkannya ke dalam dan bertemu dengan lidah Helenina yang terasa hangat. Dahi Arthur mengernyit dan tatapannya tampak penuh konsentrasi.

"Ar-thur!" Helenina terkesiap saat Arthur menekan lidahnya di dalam sana dan membuatnya nyaris tersedak.

"Jilat!" perintah Arthur tiba-tiba.

Helenina terbelalak. Untuk apa dia menjilat ...?!

"Nina." Arthur menyela pikiran Helenina dan memberikannya tatapan tegas dan serius. "Lupakan kesedihanmu," katanya, lalu tersenyum lembut—yang justru terkesan seperti sebuah senyuman licik dengan segudang rahasia di baliknya, kemudian dia melanjutkan ucapannya dalam sebuah bisikan dalam, "tapi biarkan aku membuatmu menangis karena sesuatu yang akan sangat kau sukai. Hm, Nina?"

Setelah itu, Helenina tidak mungkin bisa menolak apa pun yang akan Arthur lakukan padanya. Tidak mungkin. Dia menutup mata, dan dengan lidahnya yang hangat dan licin menjilat jari Arthur di dalam mulutnya.

Suara tarikan napas yang terdengar terkejut tidak Helenina hiraukan. Dia hanya berharap bahwa dia melakukan hal ini dengan benar seperti yang Arthur inginkan. Walau sebenarnya Helenina tidak paham kenapa Arthur mau dia menjilat dan mengisap jarinya. Ini tentu tidak ada hubungan dengan proses mereka untuk ... membuat anak. Ya, kan?

Tapi kenapa Helenina merasa begitu malu dan desiran darahnya mengencang?

Kemudian Helenina membuka matanya dan menatap Arthur, dia tertegun melihat tatapan yang suaminya itu berikan padanya. Dan mengisap jari pria itu, dengan tatapan mereka yang terkunci kepada satu sama lain, terasa sangat berbeda.

Helenina pun mengerti.

Ini terasa salah, tapi juga benar.

Arthur menekan lidahnya, bermain-main dengan organ tanpa tulang itu, dan gelenyar panas langsung menyebar ke seluruh tubuh Helenina.

"Nina!" Arthur menggeram.

Lalu hal selanjutnya yang Helenina rasakan adalah tubuhnya ditekan ke ranjang sementara bibirnya dicium dengan lapar. Helenina sontak melingkarkan tangannya ke balik bahu Arthur, meremas kemeja yang pria itu kenakan, berharap bahwa dia bisa menyentuh kulitnya langsung seperti malam lalu.

Pemikiran tersebut membuat Helenina merasa sangat malu. Apakah dia telah berubah menjadi wanita dengan pikiran kotor?

Semua itu tidak lagi ada dalam benak Helenina saat tangan Arthur yang semula ada di punggung kini berpindah ke dadanya, meremas payudaranya dari balik gaun indah yang dia kenakan. Satu jari Arthur menekan tengahnya dan sesekali mengusapnya dengan gerakan melingkar.

Helenina merintih, meraih napas sebanyaknya saat Arthur beralih menciumi rahangnya, lalu berhenti di leher. Mulut Helenina terbuka, suara desahan pun lolos dan dia langsung menggigit bibirnya—yang terasa bengkak dan mati rasa itu—kuat-kuat, untuk menahan suara-suara memalukan lagi keluar dari sana.

Arthur terdengar terkekeh, suaranya serak dan berat. Tangan pria itu kemudian menjauh dari payudara Helenina, hanya untuk meraihnya lagi secara langsung tanpa penghalang apa pun.

"Akh! Arthur ...!" Helenina memekik. Dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa merasakan bahwa gaunnya telah diturunkan. Entah kapan tepatnya Arthur melakukan hal tersebut, Helenina tidak bisa berpikir untuk jawaban yang tepat. Tangan Arthur yang terasa kasar dan besar itu meremas payudaranya. Kulit yang bersentuhan langsung dengan kulit jelas terasa berbeda. Itu mengirimkan sesuatu yang hangat ke celah di antara paha Helenina yang dengan refleks dia rapatkan.

"A-Arthur." Helenina terengah. Kemudian Arthur kembali bibirnya sebelum menjauh untuk menatap matanya.

Helenina tidak sanggup menahan kontak mata mereka bahkan selama dua detik saat Arthur tengah melakukan hal-hal vulgar seperti ini padanya.

"Ini kan yang kau inginkan, Nina?" kata Arthur. Pria itu bertumpu di lutut, menyisir rambutnya ke belakang, dan tersenyum saat dia menjetikkan puting Helenina yang telah mengeras dan begitu mendamba di antara dua jarinya.

Helenina tersentak dan mendesah panjang.

Senyuman Arthur melebar. Tangannya yang bebas pun mulai menelusup masuk ke dalam balik gaun Helenina, mengusap paha Helenina, dan berhenti tepat di tempat yang sedari tadi telah berdenyut dan basah seolah tengah menantikan sesuatu.

"Aah, Arthur!" desah Helenina. Dia menatap Arthur, melihat pria itu mengernyitkan dahi seolah sedang menahan sesuatu. Namun sekejap kemudian Helenina menutup matanya ketika merasakan jemari pria itu menekan miliknya. Celana dalam Helenina sudah tidak di tempat dan lagi ... Helenina tidak tahu kapan Arthur melepasnya.

Pria itu menggeram. "Nina, kau begitu basah!" ucapnya. Dia menarik ke atas gaun yang Helenina kenakan untuk melihat di mana tangannya berada. Dan matanya pun menggelap, dipenuhi oleh gairah. "Oh, lihat cairan yang begitu lezat ini, Nina. Aku ingin menjilatinya sampai habis. Dan aku bahkan bisa langsung memasukimu sekarang."

Helenina terkesiap keras. "A-Arthur, ber-berhenti ... jangan!" Helenina mendesah lagi karena sentuhan pria itu di kewanitaannya, berperang antara keinginan untuk menjauh atau menarik Arthur mendekat dan menciumnya lagi.

Arthur menunduk, kemudian berbisik di telinga Helenina, "Apa kau bilang, Nina?"

Helenina menggeleng. Dalam sekejap dia lupa apa yang ingin dikatakannya karena permainan Arthur di bawah sana.

Arthur menggodanya, jari pria itu bergerak dengan begitu lihai, menemukan titik-titik sensitif yang membuat desahan Helenina jadi semakin tidak terkontrol.

Setitik kerasionalan yang masih tersisa dalam benak Helenina berkata bahwa yang mereka lakukan saat ini berbahaya. Bagaimana kalau seseorang lewat di lorong? Bagaimana kalau pelayan ... atau siapa pun itu mendengar suara desahannya dan mengetahui apa yang tengah dia dan Arthur lakukan di sini?

Astaga, Helenina tidak ingin hal mengerikan itu terjadi.

Dia pun menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desahan lain yang hampir lolos, menjadikannya hanya berupa rintihan-rintihan tertahan.

Arthur menatapnya, tersenyum sembari berkata, "Aku tidak ingin kau menahan suaramu, Nina."

Kemudian hal selanjutnya yang pria itu lakukan membuat Helenina berteriak; Arthur memasukkan satu jarinya ke dalam milik Helenina bersamaan dengan puncak payudara Helenina yang tenggelam dalam mulut pria itu.

Helenina sontak mendapatkan pelepasaannya saat itu juga. Dan Arthur hanya berhenti sebentar, kemudian memasukkan satu jarinya lagi, bergerak keluar masuk. Dan bibirnya yang begitu menggoda itu mengulum dan mengisap puncak payudara Helenina, menariknya hingga membuat Helenina menjerit.

Helenina menggeleng. Semua kerasionalan di kepalanya sudah tidak bersisa. Yang dia pikirkan dan yang dia rasakan hanyalah Arthur dan kenikmatan yang pria ini berikan padanya.

***

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang