35. Kissing Hand (⚠️)

17.5K 718 37
                                    

TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 35 – Kissing Hand (⚠️)

Benar kata Henry, bahwa Helenina tidak bisa membiarkan Arthur melihatnya dalam keadaan kacau seperti ini. Dia belum berhasil menenangkan dirinya sendiri atau bahkan sekadar mencuci muka agar Arthur tidak menyadari air matanya. Namun sekarang pria itu sudah ada di depan kamarnya?

Helenina langsung bangkit dari ranjang dan melangkah bolak-balik dengan panik saat suara ketukan itu kembali terdengar.

"Nina, aku tahu kau di dalam. Aku akan masuk sekarang," suara bariton Arthur yang dalam itu teredam oleh tembok, kemudian pintu perlahan didorong terbuka dari luar. Dan tepat sebelum Arthur melangkahkan kakinya masuk, Helenina berbalik dengan tubuh membeku kaku.

Keheningan langsung terjadi. Helenina tidak tahu apa yang Arthur lakukan di belakangnya, jadi dengan penasaran dia mengintip ke balik bahunya. Arthur sedang menatap ke sekitar, lalu matanya bertemu dengan Helenina, sebentar sebelum Helenina kembali mengalihkan pandang.

"A-Ada apa?" kata Helenina terbata, dia berusaha agar suaranya tidak terdengar terlalu parau supaya Arthur tidak menyadari kalau dia baru selesai menangis.

Arthur melangkah ke meja nakas milik Helenina yang hanya diisi oleh satu vas bunga kosong. lalu pria itu pergi ke lemari, jendela, dan berhenti di ranjang.

Jantung Helenina berdetak dua kali lebih cepat saat melihat Arthur duduk di atas ranjangnya. Tubuh besar pria itu dan tampilannya yang serba gelap dan maskulin, sangat kontras dengan nuansa kamar Helenina yang sederhana dan lembut.

Arthur mendongak menatap ke langit-langit kamarnya dan menggumam, "Hmmm."

"Ke-kenapa?" tanya Helenina dengan gugup.

Saat ini, Arthur sedang duduk membelakanginya, jadi Helenina tidak tahu bagaimana ekspresi pria itu.

"Aku hanya ...," Arthur menjeda ucapannya dan melihat ke sekeliling sekali lagi. "Aku hanya tidak menduga kalau ruangan ini lebih kecil dari yang aku bayangkan."

Semburat merah langsung menyebar ke pipi Helenina. Rasa malu terhadap dirinya sendiri membuat dia menunduk. Kamarnya memang sederhana dan sempit, bahkan nyaris menyamai kamar seorang pelayan. Sangat berbeda dengan kamar yang dia tempati di rumah Arthur. Ruangan ini hanya diisi oleh sebuah ranjang, lemari, dan satu nakas juga satu kursi yang terbuat dari kayu. Minimalis, tapi Helenina suka. Karena di sinilah satu-satunya tempat dia merasa aman dari segala hal yang mengancamnya di dunia ini.

"Ng ... ada apa kau mencariku, Arthur?" tanya Helenina kemudian, untuk mengubah topik pembicaraan.

"Kemarilah!" sahut Arthur, memberikan Helenina gestur untuk duduk di sampingnya.

Helenina menoleh sebentar ke arah cermin di lemari, memastikan bahwa tampilannya tidak terlalu buruk, lalu dia pun melangkah ke dekat pria itu dan duduk di tempat pria itu menyuruhnya. Kepala Helenina tertunduk dalam. Bisa dia rasakan sepasang mata menatapnya dalam keheningan yang menekan, sampai kemudian Arthur terdengar menghela napas berat.

"Kau tidak harus menyembunyikan air matamu dariku, Nina," kata Arthur.

Nina tertegun. "A-aku tidak—" ucapan Helenina terhenti saat Arthut tiba-tiba menangkup wajahnya dan memaksanya mendongak. Mata Arthur yang kelam itu menyipit tajam, menatap mata biru safir Helenina yang basah.

"Aku tidak suka kalau kau mulai berbohong," tegasnya.

"...."

"Apa yang membuatmu sedih, hm?"

Nina tidak mengatakan apa pun. Ucapan Rosaline tadi kembali terngiang dalam benaknya—peringatan adiknya itu akan sosok pria yang ada di hadapannya saat ini.

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang