30. A Coward

10.6K 730 200
                                    

TAMING THE DEVILISH HUSBAND chapter 30 – A Coward

Arthur menggedor pintu kamar Asher, tapi tidak ada jawaban yang menyahutnya. Tanpa merasa perlu berbasa-basi lagi, dia pun membuka pintu tersebut hanya untuk menemukannya kosong tanpa penghuni. Kemudian tiba-tiba saja sebuah suara memanggilnya dari belakang.

"Arthur, apa yang sedang kau lakukan?"

Arthur berbalik, tatapan tajamnya langsung terhunus pada sosok Madeline Stanley yang berdiri di ambang pintu dengan sikapnya yang menunjukkan kearoganan.

"Di mana putramu, Mrs. Stanley?!" tanya Arthur dengan suara rendah yang terdengar tajam.

Madeline terdiam. Bibirnya yang merah itu menipis, dan raut wajahnya jelas tampak tersinggung dengan panggilan Arthur itu. Namun setelah beberapa saat, dia dengan tenang menyahut. "Asher? Dia baru saja pergi. Ada apa kau mencarinya, Arthur?"

Arthur mengumpat dalam dengusan pelan. Asher tentunya telah menyadari perbuatannya dan takut untuk tinggal lebih lama sehingga dia melarikan diri dari kemarahan Arthur.

Pria pengecut itu ...!

***

Di kamar dengan cahaya temaram, Arthur melihat Helenina duduk di atas ranjang sembari memeluk kedua lututnya di dada. Tirai jendela disingkap sedikit, hanya sedikit, dan menjadi satu-satunya jalan untuk cahaya masuk ke dalam sementara semua lampu tidak ada yang dinyalakan. Arthur melangkah menghampirinya.

"Nina."

Bahu Helenina berjengit, dia menoleh dengan cepat pada Arthur, tatapannya tampak lega saat mata mereka bertemu. Arthur pun mengernyit karena responnya tersebut. Dia duduk di samping Helenina dan menatap wajahnya lama. Pipi yang pucat itu lama kelamaan tampak merona merah, sebelum menoleh ke samping dan hilang dalam pandangan Arthur.

"A-Ada apa?" tanya Helenina pelan.

Arthur menggeleng. Kemarahan yang tadi sempat dia rasakan mulai mereda, tapi tidak sepenuhnya hilang.

"Tidak apa-apa," ucapnya. Dia tidak perlu meminta penjelasan lebih tentang apa yang terjadi semalam atau menuntut Helenina untuk menjawab setiap pertanyaannya. Helenina jelas memiliki alasan kenapa dia tidak mau menceritakannya pada Arthur, wanita ini pastinya belum siap untuk membuka semuanya.

Maka Arthur membiarkannya begitu sampai dia siap.

Namun tentu saja ini belum berakhir, kemarahan Arthur belum sepenuhnya hilang pada sepupunya yang bajingan itu.

"Aku memiliki pekerjaan yang harus aku lakukan," kata Arthur kemudian, menoleh ke arah jendela, pada pemandangan di luar yang masih tampak putih. "Kau istirahatlah!" lanjutnya saat mengembalikan tatapannya pada Helenina. Dan raut wajah wanita itu menyita perhatiannya.

"Arthur."

"Kenapa?"

Helenina mengulurkan tangannya dan memegang ujung kemeja Arthur, matanya membesar dan ekspresi di wajahnya tampak khawatir.

"Boleh aku ikut ke bersamamu?"

"...." Arthur terdiam.

Helenina kemudian berkata lagi, "Aku berjanji tidak akan mengganggu konsentrasimu. Aku hanya akan diam di sana, tidak melakukan apa pun atau bersuara sedikit pun. Kumohon!"

Arthur menghela napas, lalu melepaskan tangan Helenina dari kemejanya. Sebelum dia sempat menjawab, ekspresi di wajah wanita itu langsung tampak kecewa.

Arthur tahu bahwa Helenina akan melakukan persis seperti yang dia katakan. Namun masalahnya, tidak peduli apa yang wanita ini lakukan atau katakan, kehadirannya saja sudah menjadi sebuah distraksi yang sangat besar. Arthur tidak bisa mengabaikannya begitu saja saat mereka berada di ruangan yang sama, sekalipun dia ingin.

TAMING THE DEVILISH HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang