Agnia kini berada di kantin setelah selesai dengan pelajaran yang cukup membosankan.
Hari ini perasaan Agnia sedang bagus, dia berencana ingin menemui para sahabatnya di geng Dragon dan semua itu selalu terngiang ngiang di kepalanya.
"Gak sabar" gumam Agnia sambil tersenyum sendiri.
Agnia memekan bakso dan meminum jus mangga kesukaannya untuk mengisi perut.
Agnia merasakan seseorang sedang duduk di sampingnya, ia pun menoleh.
Agnia sontak kaget bahkan dia sampai melotot kecil saat mengetahui siapa orang itu.
"Bu Kania?" Agnia mengerutkan dahinya saat melihat guru bk itu duduk di sampingnya dengan santai.
Bahkan semua orang yang ada di kantin tersenyum penuh kemenangan seakan mendapat kemenangan.
Pasti mau di hukum, pikir mereka.
Semua itu tak luput dari pandangan Alvin, Alvi, Aurel, Arel, Reno dan dua teman sekelas Agnia yaitu Kelvin dan Reza karena mereka ikut penasaran.
"Ngapain Bu Kan di sini?" Agnia mengernyitkan dahinya menatap guru itu.
"Bukan?" beo guru itu mengerutkan dahinya karena merasa aneh.
"Bu Kania bukannya bukan!" jawab Agnia yang mengerti bahwa gurunya itu sedang salah mengartikan panggilan untuk nya.
Guru itu hanya ber oh ria, baru pertama kali dia mendapatkan panggilan seperti itu biasanya orang orang memanggilnya 'Nia'.
"Lantas ada apa gerangan guru ku yang cantik menemui ku?" tanya Agnia dengan nada yang di buat buat.
"Mau nemuin kamu" jawab guru itu santai malas untuk mengejek atau mengomentari nada Agnia.
"Saya ngebully siapa dah jadi harus berurusan sama guru bk?" Agnia berpikir keras rasanya sangat mustahil seorang guru bk mendatangi muridnya jika tidak ada masalah.
"Enggak ada, saya hanya ingin bertemu kamu saja!" jawab guru yang berumur sekitar 24 tahun itu, tujuannya memang hanya ingin bertemu Agnia karena cukup penasaran dengan perubahan gadis cerewet itu.
Agnia ber oh ria saja karena malas untuk bertanya lagi, toh guru itu tidak ingin menghukum nya jadi semua aman
Seketika Agnia tersenyum lebar saat teringat akan sesuatu yang penting menurutnya.
"Bu, ibu mau gak jadi patner saya?" Agnia berbicara semangat hingga tak merasa bahwa dia kembali jadi pusat perhatian.
"Patner apa?" Kania mengerutkan dahinya, begitu banyak hak yang memerlukan patner bahkan hanya untuk sekedar bicara.
"Patner kerja" Agnia tersenyum manis namun penuh arti.
Kerja?, pikir mereka yang ada di kantin bingung sekaligus penasaran.
"Kerja apa?" Kania tersenyum karena sudah muda tapi bisa bekerja itulah pikirnya.
"Ngepet, saya jaga lilin ibu jadi babinya" jawab Agnia kelewat santai.
Kania dan orang orang di kantin membuka lebar mulut saking terkejutnya, apa apa an itu bisa bisanya Agnia malah berbicara seperti itu apalagi dengan guru bk.
Mereka semua yang tak kuat lagi pun tertawa geli dengan keras, apalagi melihat wajah guru bk mereka yang merah padam seperti menahan amarah.
Kania menyentil dahi Agnia membuat sang empu meringis kini keduanya sama sama kesal satu sama lain.
"Kalo ngajak kerja tuh yang halal dikit napa?" Kania menatap Agnia tajam penuh peringatan.
"Itu adalah pekerjaan yang mudah" Agnia tertawa terbahak bahak, rasanya mengusili guru jauh lebih menyenangkan dan menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Ficção Adolescente"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...