Adnan menatap ke arah Agnia sambil tersenyum tipis.
Kini waktunya pemilik sekolah yang maju ke depan untuk penyambutan, beliau sedikit telat karena ada urusan bisnis sebentar.
"Selamat siang semuanya, saya senang sekali bisa kembali merayakan hari ulang tahun sekolah seperti tahun lalu" ucap pria itu, dia adalah Affandra Rodriguez.
Banyak lagi yang pria itu ucapkan namun Agnia tidak terlalu mendengar kan.
"Semoga kelak penerus saya bisa mengelola sekolah ini lebih baik lagi" ucap Affandra mengakhiri ucapannya, matanya sedikit melirik Adnan.
Setelah acara selesai Agnia langsung ke rooftop untuk beristirahat, ia tak bisa memanjat pohon karena kondisi tangannya.
Hela an nafas terus keluar dari mulut Agnia.
"AGNIA!! " teriak Aurel.
Agnia berbalik dan menatap Aurel yang terlihat kesal.
"Kenapa dek? Kok teriak teriak sih, attitude nya di jaga dong! " Agnia tersenyum tipis seraya berkekeh.
"Gue peringatin sama lo jangan pengaruhin Alvin sama Alvi, apalagi Adnan orang yang gue suka, kalo lo masih deket deket sama Adnan, Alvin dan Alvi, gue pasti in lo bakal keluar dari kartu keluarga!" sarkas Aurel.
"Lo bukan ratu yang harus gue turutin tiap kali lo perintahin sesuatu" Agnia tersenyum sinis, dia tidak mungkin mengikuti kemauan gadis di depannya yang nantinya pasti akan merasa menang darinya.
"LO NANTANGIN GUE?! " teriak Aurel murka.
"Gue gak nantangin lo, cuman lo nya aja yang sensi terus ngerasa gue tantangin" ketus Agnia.
Dia sama sekali tidak peduli Dengan Aurel yang sudah meledak ledak karena amarah.
"Dan maksud lo kemaren apa? Lo siapa? Kenapa lo bilang ada yang ngincer gue? " tanya Aurel menuntut lago pula dia tidak takut ancaman Agnia, orang seperti gadis itu tidak akan bisa mencari tau tentangnya dan mungkin saja yang kemarin kebetulan
"Enggak kok, gue cuman nebak aja " Agnia terkekeh pelan merasa geli karena Aurel sudah mulai mengeluarkan sifat aslinya.
"Gue pasti in lo bakal keluar dari rumah dan juga kartu keluarga! " desis Aurel penuh tekat.
"Karena lo punya hubungan sama salah satu anggota keluarga gue? " tanya Agnia dengan senyum miring.
Aurel terdiam tak menjawab apapun lagi membuat Agnia makin melebarkan senyumannya.
"Emm.. Bener gak ya? Tapi siapa ya?" lanjut Agnia sambil pura pura berpikir.
"Gak usah sok tau lo! " sanggah Aurel cepat.
Agnia berkekeh kecil melihat respons gadis di depannya.
"Gue cuman nebak" Agnia tersenyum lagi.
"Liat aja gue bakal rebut semua yang lo punya" desis Aurel lalu langsung pergi dengan langkah lebar.
Agnia berdecih lalu berkekeh karena merasa tertantang dengan ucapan Aurel.
"Mau nantangin gue? Tunggu sampe tangan gue sembuh Aurel" Agnia tersenyum manis.
Agnia berjalan ke sofa yang ada di rooftop lalu duduk sambil memejamkan matanya merasakan angin yang menerpa tubuhnya, dia cukup lelah hari ini.
"Jelasin! "
Suara serak serak basah terdengar jelas di telinga Agnia membuat gadis itu membuka matanya dan melihat Kei yang berdiri di depannya.
Agnia mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, dia tau Kei akan menagih janjinya tapi dia bingung seperti apa menjelaskan nya karena memang takdir yang dia alami sulit di percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Teen Fiction"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...