Plakkk!
Doni menampar pipi kanan Agnia hingga membuat sudut bibirnya sedikit sobek.
"KENAPA KAMU BARU PULANG JAM SEGINI?!" teriak Doni murka.
Agnia menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya dan menatap Doni santai.
"DAN DI LUAR MOTOR SIAPA?! KAMU HABIS JUAL DIRI, HAH?!" rahang Doni mengeras dengan tangan yang terkepal bagaimana bisa putrinya ini menjual diri.
"Gue kira udah gak peduli" gumam Agnia sambil menatap datar Doni-ayah, Nathalia-ibu, Alvin, Alvi dan Aurel.
Agnia lebih memilih mengabaikan pertanyaan Doni yang lebih cocok untuk di sebut tuduhan.
"SAYA TANYA DAPAT DARI MANA KAMU MOTOR ITU?!" sentak Doni.
"Saya habis ngepet dan itu hasilnya" jawab Agnia santai, Agnia jujur? Tentu tidak itu adalah hasil dari kerja kerasnya di butik dan tentu halal, tidak di dapatkan dari taruhan.
"Gak usah bercanda lo, lo habis ngejalang kan?" Alvi menatap Agnia tajam.
Agnia menoleh ke arah Alvi lalu berdecih, tidak bisa kah mereka untuk tidak mempedulikan dirinya.
"Emang ada urusannya sama kalian? Kalian bilang kepada saya untuk tidak mengganggu keluarga kecil kalian, sekarang apa? Kalian mengganggu ketenangan saya, apalagi anda menampar saya!" Agnia menunjuk Doni dan menatapnya tajam karena amarahnya mulai terpancing oleh orang orang di depannya.
Doni menepis tangan Agnia dengan kasar karena tidak terima di perlakukan seperti itu oleh putri kandung nya sendiri.
"Kalau saya sudah memalukan keluarga kalian, kalian bisa kan untuk tidak menganggap saya keluarga? Apa perlu saya berpura pura jadi anak dia?!" sentak Agnia sambil menunjuk pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka.
Kini perasaan kedua orang tua dan kedua kakak Agnia menjadi campur aduk setelah mendengar kata kata itu keluar dari mulut Agnia, entahlah dengan Aurel karena dia memasang wajah tidak suka kepada Agnia.
"Saya rasa kalian adalah keluarga terhormat, tapi kenapa kalian menuduh saya tanpa bukti?!" Agnia berbicara dengan nada pelan tapi penuh dengan tekanan.
"Murahan!" Alvin menatap Agnia tajam bahkan lebih tajam dari sebelumnya bahkan tangan laki laki itu terkepal erat.
Agnia mengangkat sebelah alisnya berpura pura bingung dengan ucapan laki laki itu.
"Jalang itu apa? Emang jalang pekerjaan apasih? Gak pernah denger gue?" gumam Agnia yang terdengar jelas di telinga semua orang.
Melihat semuanya malah terdiam tidak menjawab membuat Agnia menyerah untuk beradu mulut lagi karena dia sudah benar benar lelah.
"Terserah kalian ingin mengatakan apa, saya lelah" Agnia berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
Agnia merutuk kesal dalam hati,
"Udah tau malem masih aja belum tidur malah siraman rohani" gumam Agnia sambil mengunci pintu kamarnya."Perasaan gak ada yang peduli sama ni tubuh deh, tapi kenapa mereka belum tidur sampe jam segini cuman buat nungguin gue? Niat banget kayak mau omelin gue" Agnia merebahkan tubuhnya.
Agnia menutup matanya tak berselang lama dengkuran halus pun terdengar, kini Agnia tengah menjelajahi alam mimpinya.
*
**
Agnia mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata rata karena sebentar lagi bel masuk berbunyi, ini semua karena dia telat bangun dan berakhir buru buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Ficção Adolescente"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...