Hari ini Agnia sedang berada di mansion nya untuk menunggu Adnan seperti janjinya di sekolah tadi.
Cukup lama dia menunggu hingga merasa bosan bahkan kesal.
"Ckk! Tu bocah lama banget, nyasar kali ya?" gumam Agnia di depan pagar dengan dua motor yang terparkir, satu motor miliknya dan satu lagi motor yang akan di beli Adnan.
Dua motor terparkir di depan Agnia, turunlah Reza dan Kelvin yang membonceng Adnan. Orang yang di tunggu tunggu sedari tadi.
"Dateng juga lo, gue kira lagi di rumah sakit" ucap Agnia mengejek.
"Hah?! Di rumah sakit gimana?" Reza mengernyitkan dahinya.
"Kali aja kecelakaan, kalian GAK SADAR APA KALIAN ITU TELAT?!! GUE SAMPE MAU LUMUTAN NUNGGUNYA?!!" teriak Agnia di akhir katanya.
Kesabaran nya terkuras habis untuk menunggu mereka tapi yang dia dapat? Malah wajah tak berdosa mereka.
Ketiga laki laki itu menutup kedua telinga mereka dengan tangan masing masing, suara Agnia benar benar membuat telinga mereka berdengung.
"Gak usah teriak segala! Nanti gendang telinga gue pecah goblok!!" kesal Reza menatap ke arah Agnia.
"Lo gak tau gimana rasanya menunggu tanpa kepastian, sakit cokk, sakit!" Agnia memegang dadanya dramatis.
"Lo kok berubah sih?" tanya Kelvin.
Dari sikap dan pembawaan gadis itu sudah sangat berbeda dengan yang dulu.
Raut wajah Agnia berubah jadi sedih namun sebisa mungkin dia menutupi itu.
"Gue lebih baik kayak gini, hidup bebas tanpa peduli pendapat orang lain dan nyakitin diri sendiri" ucap Agnia jujur dengan tersenyum kecut, sungguh dia tidak sanggup jadi Agnia Queen Edward.
Bohong jika dia tidak mendengar kan makian orang orang karena yang paling menyakitkan itu adalah di sakiti hati daripada fisik.
Semua terdiam dan mengingat saat mereka ikut andil dalam menghina Agnia dan bahkan Adnan dulu menolak cinta Agnia di depan umum dan mempermalukan Agnia.
"Gue gak tau kehidupan Agnia Queenzi dulu kayak gimana" Agnia tertawa hambar.
"Mungkin lebih baik gue gak pernah tau" Agnia memalingkan wajahnya.
Sudah dia tidak ingin membicarakan itu lagi, masalahnya saja masih banyak di tambah masalah tubuhnya membuatnya menjadi sangat pusing.
"Nih kuncinya, mana uangnya gue mau cepet pulang!"
Agnia melempar kunci motor ke arah Adnan dan dengan sigap Adnan menerima kunci itu.
"Nih!" Adnan memberikan amplop berwarna coklat Agnia menerima lalu membuka sedikit isinya dan tersenyum.
"Thanks"
"Lo kenapa ikut balapan? Terus ini rumah siapa bagus bener?" tanya Kelvin sambil menatap mansion milik Agnia.
"Punya gue, gak usah kepo lo, lagian apa urusannya sama lo? Gak usah sok care!"
Agnia melangkah ke arah motornya lalu memakai helm fullface miliknya.
"Gue duluan!"
Agnia menyalakan mesin motornya lalu pergi meninggalkan Adnan dkk.
Kini motor Agnia terparkir di halaman rumah keluargan Edward.
Agnia masuk dengan santai ke dalam bangunan megah itu sambil memainkan kunci motornya di jari telunjuk.
"Dari mana lo!" Alvi menatap Agnia tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Teen Fiction"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...