Agnia kini tengah berada di kantin dengan dua mangkok bakso dan dua gelas jus mangga yang sudah habis.
Tenaganya cukup terkuras karena belajar di kelas membuat perutnya menjadi lapar.
"Kenyang gini bikin gue mager" Agnia menyenderkan badannya di kursi dengan mata terpejam.
Brakkk
Agnia terangkit kaget karena gebrakan di mejanya, dia langsung menatap orang yang mengganggunya.
"Lo kenapa dorong Aurel sampe jatoh hah?!" geram Reno.
Agnia melongo tak percaya, dia padahal tidak berbuat apa apa kenapa malah di tuduh.
"Lah gue ngapain njirr, kenapa jadi semuanya berasa salah ya?" Agnia menarik nafas gusar.
"Cerita cepetan gue salah apa?!" Agnia menatap Alvin dkk datar.
"Lo dorong Aurel dari belakang kan?!!" Arel menatap Agnia tajam setajam silet.
Agnia kembali melongo tak percaya sambil menarik nafas kasar.
"Tunggu tunggu!" Agnia melirik Aurel yang sedang menunduk.
"Lo nemuin dia dalam keadaan apa?" Agnia menatap Alvin dkk satu persatu.
"Dia nangis sambil nunduk" Alvin menatap Agnia dengan sorot mata datar.
"Terus gue udah gak ada di sana? Dia lama gak jatohnya?" Agnia menatap Alvin sambil tersenyum seakan mengejek.
"Gak ada siapa siapa di sana, soalnya deket gudang" Alvi mendelik tak suka ke arah Agnia lalu memeluk Aurel.
Agnia tergelak membuat semua orang menatap Agnia tidak suka.
"Lo kan di dorong dari belakang, terus gimana lo bisa tau kalo yang dorong itu elo itu gue? Terus lo kenapa di deket gudang? Mau jadi petugas kebersihan kah?" Agnia menatap Aurel dengan tawa yang mulai reda.
"Aku ke hiks, gudang hikss, karena hiks, mau nyari bang Alvin sama yang lain hiks" Aurel sesegukan sambil mengeratkan pelukannya dengan Alvi.
"Emang biasanya Alvin ama yang lain ke deket gudang? Bukannya lo lebih kenal sama mereka ya? Pasti tau dong dia kemana? Apa jangan jangan lo pada nangkring di gudang ya?" Agnia menatap Alvin dkk dengan sorot mata curiga dari pada menjelaskan lebih baik banyak bertanya saja.
"Aku udah nyari mereka hiks, di tempat biasa tapi gak ada, hiks, hiks, hiks" tangis Aurel kembali pecah.
"Huft..... Lo liat gue yang dorong?" Agnia menatap Aurel datar kesabarannya mulai habis sekarang.
Aurel menggelengkan kepalanya ragu.
"Terus?" Agnia mengelurkan aura yang berbeda membuat beberapa orang bergidik ngeri.
"Aku, hiks, gak tau, hiks"
Alvi mengelus surai rambut Aurel mencoba untuk menenangkan.
"Gue dari tadi di kelas dan abis itu di kantin aja, gak ada kemana mana, tanya aja tuh tiga curut!" Agnia menatap meja Adnan dkk.
Atensi semua orang di kantin mengarah ke Adnan dkk seakan menunggu jawaban.
"Gue dari tadi emang liat Agnia cuman di kelas abis itu langsung kesini, dua mangkok bakso aja abis sama dia" Reza menggaruk kepalanya salah tingkah sendiri karena jadi sorotan.
Adnan mengangguk kecil mengiyakan, sedangkan Kelvin mengangguk mantap.
"Gue emang gak percaya sama Agnia tapi dia beneran dari tadi gak kemana mana selain di kelas abis itu ke kantin" Kelvin melirik Agnia sebentar lalu menatap Alvin dkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Teen Fiction"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...