[13] . B E K A L [Revisi]

45K 5.2K 116
                                    

Pagi ini Agnia bangun lebih awal untuk membuat bekal, ia ingin memasak nasi goreng dan ayam goreng.

"Nona Agnia kok masak sendiri?" tanya seorang pelayan.

"Iya, soalnya masakan lo gak enak" jawab Agnia asal, dia saja tidak pernah merasakan masakan orang yang ada di rumah ini.

Pelayan itu menunduk, Agnia hanya acuh lalu membawa dua bekal pergi dari dapur.

Langkah Agnia terhenti saat melihat di ruang makan ada keluarganya, siapa lagi kalau bukan Doni-ayah, Nathalia-ibu, Alvin, Alvi dan Aurel.

Agnia kembali melangkahkan kakinya dengan wajah datar, sungguh dia malas harus bertemu mereka apalagi di masa emosinya yang belum bisa di kontrol.

"Ngapain kamu di dapur?" tanya Doni ketus.

Agnia menarik nafas kasar lalu menatap Doni, mereka semua menatap dirinya.

"Ngeracunin makanan kalian" jawab Agnia asal, mereka semua spontan menghentikan memakan roti dan susu yang ada di depan mereka.

"KURANG AJAR KAMU!!" teriak Doni dengan wajah yang memerah karena marah.

"Kak Agnia kok tega mau ngebunuh kita sih? Kita salah apa?" Aurel menatap Agnia sendu.

Agnia berdecak, mengapa saat dia berbohong mereka percaya dan saat Agnia jujur malah tak percaya, apakah ini hari kebalikan seperti yang ada di kartun.

Agnia berjalan ke arah meja lalu mengambil roti milik Alvin lalu memakannya lalu meminum susu milik Alvi yang masih utuh.

"Duh, enak kali ya ngeracunin diri sendiri" Agnia tertawa keras.

Semua terdiam, mereka mulai berfikir apakah benar gadis itu meracuni roti dan susu mereka, tapi kenapa dia malah memakannya.

***

Agnia bersenandung kecil dan duduk di kursi.

Dia saat ini berada di kelas sambil menunggu teman sebangkunya.

Agnia tersenyum lebar saat orang yang ia tunggu akhirnya datang.

"Adnan" Agnia melambaikan tangannya menyapa.

Adnan mengerutkan dahinya bingung

Tumben ramah, batin Adnan was was.

"Nih bekal buat lo" Agnia memberikan kotak bekal berwarna biru dengan senyum lebar.

"Tumben?" Adnan menerima bekal itu sambil menatap bingung Agnia, takutnya gadis itu memiliki niat terselubung.

"Orang udah berusaha jadi baik juga" kesal Agnia dengan senyum yang luntur.

Adnan memutar bola mata malas sambil duduk di kursi, dia hanya memastikan saja karena gadis itu memang tidak pernah seperti ini padanya.

"Nanti makan bareng ya" pinta Agnia dengan senyum manis melupakan kekesalannya tadi pada Adnan.

"Makan berdua?" Adnan mengerutkan dahinya sambil menatap bekal di tangannya lalu menatap Agnia secara bergantian.

Agnia mengangguk mantap menyakinkan bahwa dia benar benar serius.

"Iya, gue bawa bekal dua jadi kita bisa makan bareng!" pekik Agnia sambil menunjukkan bekal yang ada di tangannya.

Adnan mengangguk kikuk bingung harus seperti apa namun yang pasti dia cukup senang dan hanya sedikit ragu.

"Gue kira sebekal berdua" gumam Adnan yang masih bisa di dengar oleh telinga tajam milik Agnia.

Agnia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang