"Eughh" seorang gadis terbangun dari tidur nyenyaknya.
Gadis itu mengambil HP yang ada di nakas dan melihat jam berapa.
"Baru jam tujuh pagi, padahal hari minggu tapi kenapa gue bangun sekarang sih? Ckk, yaudah lah, siap siap jalan aja deh" Agnia berjalan ke kamar mandi.
Setelah mandi dia memakai kaos hitam polos di lapisi hoodie hitam dengan celana senada dan sepatu putih.
Agnia membedaki wajahnya dengan bedak tabur, untuk bibir dia tidak usah repot karena bibirnya sudah berwarna buah cerry alami dengan mata coklat, wajah baby face, pipi cubby dan rambut sepunggang yang di gerai.
"Butik gue gimana ya?" monolognya sambil menatap dirinya di pantulan cermin full body.
"Gue ke butik aja kali ya? Lagi pula gak ada salahnya, gue juga jarang ke sana" Agnia mengangguk yakin.
"Sekalian bilang gue sibuk dan gak punya banyak waktu buat butik" gumamnya.
"Butik gue udah lumayan terkenal, lah gue nya malah di tubuh orang, gue nanti kenalin diri pake tubuh ini dong" Agnia menggerutu sambil berdecak kesal.
Agnia memiliki sebuah butik yang tak ada cabang tapi butik itu terkenal bahkan banyak orang rela membuang ongkos hanya untuk memesan baju di butiknya, Agnia sengaja membuka butik dari hasil bekerja di sebuah penjahit kecil dan di ajari membuat baju di sana.
Tak beberapa lama kemudian pemiliknya meninggal, orang itu tidak memiliki keluarga dan berwasiat untuk memberikan toko, mesin jahit dan semuanya ke Agnia.
Agnia dengan senang hati menerima dan mengelolanya dari umur 13 tahun sampai umur 17 tahun dan akhirnya meninggal, walau tak terlalu lama tapi karena bakat Agnia dalam merancang baju hingga menjadikan tempat jahit baju itu menjadi butik.
Agnia berjalan keluar kamar dan turun dari tangga dengan raut wajah yang biasa saja.
Terlihat keluarga kecil di dapur sedang sarapan atau haruskah di sebut keluarga cemara, Agnia tidak tau ingin menanggapi nya seperti apa.
"Non Agnia gak sarapan?" tanya salah satu pelayan di sana.
Agnia berdecak kesal lalu menatap pelayan itu.
"Saya di larang mengganggu mereka bi, nanti saya sarapan di luar saja" Agnia tersenyum manis namun terlihat jelas dari matanya yang menahan kesal.
Semua orang tertegun, hati mereka tersentil dan ikut merasa sakit. Mereka memang egois dan suka menghina Agnia namun rasanya tak rela jika gadis itu berubah.
Kenapa jadi seperti ini?, batin Doni.
Gue mau percaya sama lo tapi ego gue bilang jangan, batin Alvi.
Lo beneran amnesia?, batin Alvin.
Maaf in mamah sayang tapi mamah kecewa sama kamu, batin Nathalia.
Agnia pergi begitu saja dari rumah tanpa menghiraukan orang orang yang ada di rumah ini, toh mereka tidak suka juga dengannya.
Kini Agnia sedang berada di taxi sambil mengotak atik hpnya dan mengirim pesan kepada kontak yang baru saja ia tambahkan.
Memberi tau kepada Allena yang adalah asisten pribadinya kalau dia akan berkunjung ke butik.
Kak Allena
Me:
[Sy akn k kntor]Kak Allena:
[Maaf ini siapa ya?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnia [Terbit]
Teenfikce"Ngepet yok! Gue jaga lilinnya, lo jadi babinya!" -Agnia "Kalo pesugihan siapa yang jadi tumbalnya?" -Agnia "Kalo melihara tuyul siapa yang ngasih makan?" -Agnia Ngapain takut orang dia masih manusia -Agnia Kalo cowok main keroyokan kalo bukan banci...