✧2. Narasha Charayza Alifsha

2.6K 92 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ... hai Bestieid .̮⁠

Maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, alur, latar cerita ini murni imajinasi otak na sendiri

Jangan lupa follow akun kocengcomell

Instagram: wp.kocengcomell

Oh ya support na dengan vote dan komen juga biar semangat update makasih hehe

Happy reading Bestieid ♥

Happy reading Bestieid ♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 2. Narasha Charayza Alifsha

_____

"Apa yang kita miliki belum tentu dimiliki setiap orang. Begitu pula sebaliknya karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing."

-ALHUDA-

_____

Narasha Charayza Alifsha. Seorang gadis berhijab yang biasa dipanggil Nara atau Narasha. Seorang gadis pendiam yang biasa-biasa saja di SMA Permata.

Gadis penyuka kucing yang memiliki hidung mancung. Hampir dikira orang Arab atau keturunan orang India. Mempunyai bola mata hitam kecoklatan, alis yang tak terlalu tebal namun rapi, dan senyum manis nan teduhnya ditambah lesung pipi di pipi kirinya.

Anak kedua alias si bungsu dari pasangan Ayah Alif Fatih Arrayzan dan Bunda Shafana Almahira. Ayahnya adalah seorang pemilik perusahaan atau CEO (Chief Executive Officer) dan sang Bundanya adalah seorang ibu rumah tangga yang menjadi desainer khusus pakaian Muslim & Muslimah. Sekaligus membuka toko online shop yang menjual banyak sekali seperti perlengkapan alat sholat, baju kokoh, gamis, jilbab, dll.

Anak pertama mereka adalah seorang cowok bernama Atharva Chazayn Shalifarayzan. Biasa dipanggil Abang Arva oleh Nara. Yang saat ini sedang berkuliah semester akhir prodi kedokteran pada salah satu Universitas Negeri di Indonesia.

Ia mempunyai sahabat bernama Arayya Amaria Abigail. Biasa dipanggil Rayya. Seorang gadis mualaf sejak kecil, putri satu-satunya dari Bapak Abigail Al-Ghifary dan Ibu Amaria Berliana. Orangtuanya menjadi salah satu donatur di SMA Permata.

Arayya adalah sosok sahabat satu-satunya yang Nara punya sejak SD, SMP, sampai SMA ini. Karena tak banyak yang mengenalnya. Walaupun banyak teman yang mau berteman dengannya. Salah satunya, teman sekelasnya.

XII MIPA 2.

Kelas yang emang beda dari kelas lainnya jika di paralel dari segi angkatan mereka. Karena memiliki beragam agama para penghuninya.

Saat ini keadaan kelas ramai bak pasar dikarenakan jamkos. Tak membuat seorang gadis yang sibuk menyelami dunia per-fiksinya itu terganggu.

Deretan kata perkata ia baca dalam diam di dalam hati dan pikirannya. Kedua matanya yang nampak bergulir dari sisi kiri ke kanan terus berlanjut sampai sebuah suara mengagetkannya.

"NARAAA!!" teriak seorang gadis berhijab khas SMA Permata seraya mendudukkan dirinya di samping Nara.

"Eh, astaghfirullah Rayya! Ngagetin aja salam dulu napa." kesal Nara menutup novel yang tadi dibacanya dan meletakkan novel bersampul biru itu di atas bangkunya.

"Maaf lupa hehe, Assalamu'alaikum!" ucap Arayya atau biasa dipanggil Rayya dengan cengengesannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kamu habis darimana?" tanya Nara menatap sang bestie-nya itu yang nampak tersenyum gembira.

"Tadi aku dari toilet terus pas lewat Masjid ketemu cogan! Masya Allah ganteng banget, Na!" cerita Rayya bersemangat.

"Terus? Aku harus bilang apa? Kamu samperin dia, kamu nanya nama dia gitu. Terus pake bahasa Lo-Gue. Iya gitu, ya." ucap Nara menggoda Rayya sambil menaik turunkan alisnya.

"Ih, Nara! Ya, gak gitu juga. Ish, malu tau jangan buka kartu!" kesal Rayya pipinya bersemu memerah.

"Tapi bener 'kan, bestie?"

Bestie-nya ini kalau urusan cogan aja, udah jangan ditanya lagi pasti si paling semangat 45.

"Hehe iya gak juga si, tadi aku udah hampir samperin. Eh, dia disamperin duluan sama Pak Ahmed. Aku urungkan mendekat, gak tau juga mereka ngobrolin apa. Terus tau-tau mereka udah ngilang gitu aja. Karena aku penasaran aku samperin tempat mereka berdiri malah nemuin tasbih ini."

Rayya mengeluarkan tasbih hitam berukiran huruf A di bandulnya-dari saku rok seragamnya.

"Mungkin ini punya dia, Ray. Ada inisial A nya juga," tebak Nara.

"Aku juga berpikiran seperti itu tadi. Jadi aku ambil aja. Siapa tau aku ketemu dia lagi. Terus aku kembalikan ke pemiliknya, deh."

"Yasudah kamu simpan aja dulu. Barangkali ada yang mencarinya, toh."

"Yaps, tapi aku yakin ini punya dia, Na."

"Yakin banget nih ceritanya? Kalo bukan gimana?"

"Iya, semoga beneran punya dia, hehe. Karena menurut feelings-ku dan segenap hatiku yang paling terdalam juga mengatakannya."

"Kamu ini ada-ada aja kalo urusan cogan mah semangatnya 45," ucap Nara terkekeh. "Tetapi kalau urusan tugas aja malasnya nauzubillah."

"Kamu tau aja, hehe. Pasti dong! Arayya gituloh." cengir Rayya.

"Astaghfirullah ingat zina! Kalo suka, doakan saja minta ke yang punya. Sang punyanya itu Sang Pencipta-Nya yaitu...," Nara menggantungkan ucapannya.

"Allah Subhanahu Wa Ta'ala," lanjut Rayya.

"Betul, betul, betul." Nara menirukan gaya Ipin.

"Masya Allah, Subhanallah, Alhamdulillah, ya Allah. Eh-Astaghfirullahaladzim. Semoga segera dipertemukan cogan itu lagi. Aamiin." doa Rayya.

Nara menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja, pikirnya.

"Kalo gitu aku ke Masjid dulu mau sholat dhuha. Bentar lagi juga bel istirahat."

Kring kring

Tepat sekali bel berbunyi setelah Nara berkata.

"Aku mau ikut!" seru Rayya tiba-tiba.

"Loh kamu kan lagi halangan, toh." ucap Nara.

"Oh iya aku lupa, hehe. Aku mau ke kantin deh, kamu mau nitip gak?" tanya Rayya diiringi cengiran khasnya.

Nara berpikir sejenak, "Boleh deh seperti biasanya, ya."

"Syiappp!" teriak Rayya.

"Astaghfirullah, Rayya! Jangan teriak-teriak ih, untung udah sepi."

"Iya, hehe. Ya, maap, kelepasan tadi."

Ya, kelas sudah nampak sepi sekarang tinggal mereka berdua. Para penghuninya sudah ngacir entah kemana. Mungkin mengisi perut keroncongnya ke kantin. Atau sekedar cari angin ke perpustakaan.

"Yaudah aku duluan ke Masjid, Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!"

✧✧✧

Bumi Allah, 11 Desember 2022
kocengcomell

ALHUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang