✧7. Tetangga Kelas

1.2K 49 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ... hai Bestieid .̮⁠ 

Maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, alur, latar cerita ini murni imajinasi otak na sendiri

Jangan lupa follow akun kocengcomell

Instagram: wp.kocengcomell

Oh ya support na dengan vote dan komen juga biar semangat update makasih hehe

Happy reading Bestieid ♥

Happy reading Bestieid ♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 7. Tetangga Kelas

_____

"Takdir bukan sekedar hadir seperti aku dan kamu yang ditakdirkan Allah di waktu yang sama dalam sebuah takdir."

-ALHUDA-

_____

Matahari mulai terbit menyinari pagi ini. Jalanan beraspal tampak ramai dengan pengendara roda dua dan empat. Maklum, ini di ibu kota.

Sang pengendara kuda besi menghentikan lajunya. Tepat di depan gerbang bangunan besar yang berdiri kokoh itu.

"Belajar yang bener, Dek."

"Iya Abang Arva yang ngeselin pake banget."

"Ngeselin gini Abang-able banget kan nganterin kamu ke sekolah," ucap Arva sambil mengacak kepala gadis yang berbalut hijab itu.

"Ish, Abang berantakan tahu!" Nara mengerucutkan bibirnya dan langsung membetulkan letak jilbabnya. "PD banget sih, Abang! Udah Nara mau masuk dulu, Assalamu'alaikum. Fii amanillah, Abang!"

Nara menyalami punggung tangan Arva. Lalu keluar dari mobil.

Arva menyalakan kuda besi berwarna putih miliknya kemudian melesat setelah menjawab salam. Dan memastikan Nara sudah memasuki gerbang sekolah bertuliskan SMA Permata.

Lima menit lagi masuk mana aku belum piket lagi. Gara-gara semalam aku gak bisa tidur mikirin Captain Basket itu eh Astaghfirullahaladzim, gerutu Nara menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ia berjalan terburu-buru menyusuri koridor yang terlihat sepi. Mungkin mereka sudah masuk ke kelas masing-masing, pikirnya.

Namun, saat hendak berjalan menuruni undakan tangga.

Brukkk

"Ma-af aku gak sengaja," ucap Nara menundukkan kepalanya seraya memundurkan dirinya menjaga jarak.

Ia tak sengaja menabrak seorang cowok. Darimana Nara bisa tahu?

Tentu dari sepatu hitam yang di pakai seorang cowok yang berdiri lebih tinggi di hadapannya.

Huda, pikirnya. Ia tahu karena kemarin saat sholat dhuha Nara mengetahui bahwa sepatu hitam yang dipakai milik Huda itu berbentuk unik dan beda dari lainnya. wkwk

"Nara-sha?" Huda mengeja name-tag gadis berhijab putih itu, Nara.

"I-ya Huda?" gugup Nara.

"Hm, kamu tahu nama saya?" tanya Huda menaikkan satu alisnya.

"Eh-iya itu name-tag," jawab Nara seakan ke gap.

Huda ber oh ria saja.

"Saya juga gak sengaja-" jeda Huda. "Afwan, Nara," lanjutnya dengan senyuman khasnya.

"Na'am, Huda." Nara ikut tersenyum.

Tanpa sepatah kata lagi Huda berjalan melewatinya. Setelah Nara memberi jalan untuknya.

Nara memperhatikan punggung Huda dari tempat ia masih berdiri.

Sedangkan Huda berjalan dengan langkah santainya menuju kelas di sebelah kelas Nara. Yaitu kelas XII MIPA 1.

Deg

Jadi, dia tetangga kelasnya!

Memang kelasnya Nara XII MIPA 2. Berarti kelas Huda adalah kelas XII MIPA 1.

Astaghfirullah kemana aja aku! Kenapa Nara baru tahu ya Allah, batinnya.

✧✧✧

"Nara jangan lupa piket Lo," ucap Nana teman sekelas Nara.

"Maaf yaa, teman-teman. Tadi pagi aku telat jadi gak piket," timpal Nara sambil membereskan alat tulisnya lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Santuy aja, Na," sahut Malvin dan Mars.

"Sorry duluan ya kita gak bisa nungguin," ucap Raisa dan diangguki Susi.

"Gak papa kok."

Mereka berlima adalah teman sekelas sekaligus teman piketnya.

"Na, maaf aku pulang dulu Mang Dadang udah jemput nungguin di depan. Mami Papi pulang soalnya. Assalamu'alaikum!" Rayya mengambil tas ranselnya lalu berjalan ke luar.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Iya Ray gak papa. Salam buat Mami Papi kamu ya!"

Sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu Rayya masih sempat-sempatnya mengangkat jempolnya ke atas.

Sekarang Nara tinggal sendiri di kelasnya yang nampak sepi. Teman-temannya sudah pada pulang semua.

Ia kemudian berjalan mengambil sapu untuk menyapu.

"Eh, kok sapunya patah," monolognya.

"Oh iya astaghfirullah aku lupa waktu istirahat Nana kan udah bilang," ucap Nara.

Lo bisa pinjam sapu kelas sebelah, Na. Pikiran Nara mengingat ucapan Nana.

Selanjutnya, langkah kaki Nara berjalan ke keluar kelas menuju kelas XII MIPA 1.

Tepat di dalam sana Huda tengah menyapu sendirian.

Kebetulan tadi pagi ia hampir telat bukan? Jadi, tidak sempat piket.

Masya Allah, spek idaman! Eh, astaghfirullah gak boleh Nara, batin Nara.

Huda yang menyadari ada seseorang di depan kelasnya pun menghentikan aktivitasnya. Kemudian ia berjalan menghampiri.

"Ada apa?" tanyanya.

"Eh-hmm... Hu-da. Boleh pin-jam sapu-nya? Aku mau piket. Tapi sapu di kelas-ku rusak soalnya," ucap Nara terbata.

Cowok itu tak mengucapkan kata namun pergi ke pojok kelas dan mengambil satu buah sapu lantai.

"Nih, besok aja kembalikannya."

Nara sedikit terkejut ditempatnya lalu menerima gagang sapu yang disodorkan Huda.

"Terima kasih, Huda."

"Sama-sama."

✧✧✧

Bumi Allah, 22 Desember 2022
kocengcomell

Jangan lupa sholat dan sholawat :)

اللهم صل على محمد وعلى ال محمد ♥

ALHUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang