✧13. Yusuf & Hasan

995 45 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab 13. Yusuf & Hasan

_____

"Terkadang kita melihat dari satu sisi sudut pandang saja. Tetapi tidak tahu sisi yang lainnya. Maka jangan cepat menyimpulkan dengan menilai orang dari tampilan luarnya yang berdasarkan hanya covernya saja."

-ALHUDA-

_____

"Syukron, ketua!"

Ketua rohisnya itu Huda? batin seseorang.

"Afwan," balas Huda sambil tersenyum lalu pamit sebentar menghampiri seseorang yang berdiri tak jauh di dekat pintu Masjid.

"Apa yang kamu lakukan disini? Kamu berniat dan berminat mau join rohis, Narasha?" tanya Huda disertai senyuman khasnya.

Deg

Nara terkejut mendengar suara itu berada yang berdiri tak jauh di depannya. Sampai-sampai mukena yang di pegangnya hampir saja terjatuh.

"Eh-hmm...itu anu-" gugup Nara seraya menundukkan kepalanya.

Tadi selepas sholat Dhuhur, Nara tak langsung balik ke kelasnya. Karena ia habis ketiduran di Masjid setelah menikmati udara dingin yang menenangkan. wkwk

Sedangkan, Rayya tadi balik duluan katanya belum menulis catatan yang ada di papan tulis.

Namun, saat hendak keluar Masjid netranya menangkap anggota rohis yang sedang berkumpul di sana. Akhirnya, Nara mengurungkan niatnya untuk kembali dan menyimak dari awal hingga akhir.

Berakhirlah sekarang ini. Ia keciduk oleh Huda.

"Apa ka-mu ketua rohis nya?" tanya Nara hati-hati karena ia penasaran sedari tadi.

"Pasti kamu mengira saya ketua rohis nya, ya?" tanya Huda balik.

"Eh-kok malah tanya balik ke aku, sih."

"Bukan saya hanya anggota rohis. Yang menjadi ketua rohis itu sepupu saya, namanya Muhammad Yusuf Hasan Alhusayn. Qadarullah, saya di suruh menggantikannya sementara karena dia sedang sakit. " jawab Huda akhirnya.

Nara ber oh ria. "Ha? Apa?? Namanya mirip...ka-mu kem-bar?"

"Itu sepupu saya, Narasha. Memang nama kami sama awalan tengahnya beda belakangnya saja. Karena waktu itu kami lahir di hari yang sama, di tempat yang sama pula," kekeh Huda diakhiri senyumannya.

"Oh, gitu ya. Maaf aku banyak tanya, kepo." gumamnya.

"Laa ba'sa," ucap Huda.

"Terus tadi waktu pak Ahmed-"

ALHUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang