"Siapa namamu?"
Aku melirik sekilas Bu RT yang berdiri di sampingku. Ia mengangguk. "Amel," jawabku kemudian, "namaku Meltya."
Kakak yang barusan bertanya padaku berlutut menyamai tingginya denganku kemudian membelai kepalaku pelan. "Amel ya? Nama yang bagus. Nama kakak Belindiana, panggil saja Kak Abel."
Aku diam, tidak menjawab, tidak pula bergerak. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Bu RT yang dapat merasa suasana canggung ini segera menimpali, "Anak ini memang pendiam. Jadi jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati, ya."
"Tidak apa-apa, anak baru selalu malu," jawabnya dengan yakin. Padahal aku tidak merasa malu sama sekali, tapi aku tidak ingin mengutarakannya. Dengan sekali gerak Kak Abel pun berdiri dan menggenggam tanganku. "Ayo kita kenalan dengan yang lain," lanjutnya lagi lalu menarikku masuk ke dalam panti asuhan.
Panti Asuhan ini ukurannya tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Di saat aku menghitung langkah kakiku yang ke-tujuh, kami sudah sampai di ruang tengah yang ternyata hanya dibatasi dengan koridor kecil. Aku dapat melihat banyak anak-anak yang seumuran denganku, lebih tua maupun lebih muda sedang saling bercanda tawa. Mereka sibuk bermain dengan kelompok mereka, ada juga yang sedang bermain dengan kakak pengasuh lainnya.
Ketika kami berhenti di tempat, Kak Abel pun melepaskan tangannya dariku lalu bertepuk tangan dengan kuat. "Perhatian semuanya!"
Bagiku suaranya tidak keras, terkesan biasa dan pelan. Namun hanya dengan sekali seruan, seluruhnya yang ada di ruangan ini menghentikan aktivitas mereka, lantas melangkah mendekat membentuk kerumunan. Aku dapat melihat masing-masing dari mereka membuat wajah yang penasaran.
"Ada apa?" tanya salah satu pengasuh cowok yang berdiri di belakang kerumunan.
Kak Abel hanya tersenyum sekilas padanya lalu menatap anak-anak yang lain. "Hari ini kalian kedatangan teman baru, namanya Meltya. Ayo saling kenalan!"
Setelah ucapannya itu ia langsung mendorongku memasuki kerumunan itu. Hanya dalam jangka sedetik, mereka yang tadinya melihatku sebagai orang asing langsung bertanya macam-macam padaku, mulai dari usia, hobi, kesukaan, dan lain-lain sebagainya. Aku tidak menjawab sama sekali pertanyaan yang mereka lontarkan itu. Aku serasa diinterogasi dan aku tidak suka itu. Kak Abel sepertinya menyadari keenggananku.
"Hei, hei, hei. Kok semuanya bertanya sih? Nih lihat, Amel jadi susah mau menjawab, kan?" Kak Abel kembali mengambil perhatian semua anak. "Kalian tanyanya satu-satu, ya?"
"Iya!" jawab mereka semua dengan serentak. Sesuai dengan permintaan Kak Abel, mereka mulai bertanya padaku bergiliran. Mau tidak mau aku harus menjawabnya meski masih segan. Tapi tak butuh waktu lama, mereka kembali saling berebutan untuk bertanya lagi. Diam-diam aku menghela napas.
Kapan ini berakhir?
**************************************************************************
Terima kasih banyak bagi yang membaca cerita yang membosankan ini \(^o^)/
Kali ini Amel (akhirnya ketahuan juga nama sang pemeran utama) memulai kehidupannya di panti asuhan, sebuah kisah yang baru. Namun karena tidak ada menarik-menariknya, kisah di panti hanya berlangsung sesaat kok ('w<)/ (Note: SPOILER)
Setelah ini akan ada muncul tokoh yang baru, yang anehnya ia entah adalah antagonis atau protagonis??
Stay Tuned, my Dear Readers! ~
*Don't forget to comment and vote so I will be more enthusiastic to write the story XD*
random image from google**
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire (Complete)
Mystery / Thriller(Belum Revisi) Apakah kamu memiliki keinginan? Aku, kamu, semua orang tanpa terkecuali pasti memilikinya. Dan untuk mencapainya, tergantung lagi kepada niat dan kekuatan masing-masing. Sayangnya, aku tidak. Aku memiliki keinginan, tapi aku tidak m...