Chapter 4 Part 2

1.1K 88 7
                                    

Sejak saat itu aku sulit untuk hidup tenang. Sekamar dengan mereka bertiga membuatku benar-benar menyesal memilih nomor lima. Mereka memang tidak secara terang-terangan mengerjaiku dan melukaiku, melainkan dengan bersikap sinis padaku dan menggunakan metode –tidak sengaja- menyenggolku, menabrakku, membuat benda yang kubawa rusak, pecah, tumpah, dan lain sebagainya yang membuatku stress tingkat tinggi. Mungkin ini masih bisa kutahan, karena di luar kamar aku tidak perlu berinteraksi dengan mereka. Sayangnya aku melupakan satu hal penting. Trio itu menyukai Robbie!

Dengan Robbie yang lebih dewasa dari semua murid di sini, ia bukan lagi menjadi pria terkeren di tingkat X, tapi di sekolah ini! Di 10 besar pria terkeren yang entah dibuat oleh siapa dan kapan, Robbie berada di posisi pertama! Gila. Belum juga satu minggu kita sekolah di sini, sudah ada club khusus fans Robbie. Sungguh mengerikan!

Ke mana pun Robbie pergi, selalu saja ada perempuan dari sekolah ini yang membuntutinya, baik itu di dalam sekolah ataupun di luar sekolah. Tapi Robbie yang memang penyendiri dari dulu dan hanya dekat denganku sendiri, dia masa bodoh dengan mereka semua. Seluruh hadiah yang perempuan-perempuan berikan kepadanya secara langsung atau diam-diam, ia tidak pernah peduli. Malahan kadang ia langsung memberikannya kepada yang lain tepat di depan perempuan itu. Sedangkan aku, yang mungkin hanya memberikan sebutir permen, ia malah menyayanginya sampai kertas permen itu lusuh sekali pun. Dengan begitu, kamu sudah bisa membayangkan bagaimana hidupku sebagai sahabat Robbie, bukan? Ya benar.

Semuanya cemburu padaku. Tatapan penuh amarah dan dengki mereka tertuju padaku. Di saat aku bersama Robbie, semua cewek hanya menatap saja, tapi ketika aku sempat berpisah sebentar saja dengannya, mereka mulai mencari masalah padaku. Aku tidak pernah peduli dengan yang mereka lakukan dan juga tidak pernah berniat membalas perbuatan mereka. Karena aku merasa tidak ada gunanya aku membalas, aku hanya teman Robbie, adiknya Robbie, jadi sudah sepantasnya mereka cemburu padaku. Aku tidak pernah mengaduh pada Robbie atas perbuatan fansnya yang mengancamku, tidak pula dengan perbuatan keji Trio itu padaku. Sudah menjadi makananku sehari-hari kalau ada saja barangku yang rusak gara-gara mereka. Aku hanya bisa menahan sendiri perasaan kesal ini, dan hanya ada satu cara agar aku terbebas dari semua ini.

Aku harus menjauh dari Robbie.

Ya, aku benar-benar melakukannya. Selama 9 tahun ini sejak awal mengenalnya, ini pertama kalinya aku memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya. Pertama kalinya aku kembali menyendiri lagi. Selain di kelas, aku sudah sangat jarang bertemu dengan Robbie. Aku bisa melihat ia selalu mencari kesempatan untuk berbicara denganku, tapi sayang sekali para fansnya selalu mendekatinya, terutama trio gila itu. Awalnya aku sempat menunggu dia datang menemuiku setelah menolak mereka semua. Sayang, hati Robbie terlalu lembut. Ia tidak tega berbuat sesuatu yang menyakiti orang lain. Jadi sampai mati pun aku menunggu, ia tidak akan pernah bisa mendekatiku selama para fans mendekatinya. Jadi aku tidak mau menunggu lagi. Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja sebagai tempat pelarianku, dan ternyata sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Selama ini Robbie tidak pernah tahu aku menjauhinya karena aku masih terus chatting-an dengannya dan membuat alasan demi alasan kalau aku ada perlu lain dan tidak bisa menemuinya. Namun aku tidak pernah menyangka ia akan mengetahuinya secepat ini. Karena hari ini, tidak ada angin, tidak ada badai, ia tiba-tiba datang menemuiku di perpustakaan.

Aku yang sedang baca buku sejarah Yunani dengan serius, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tanganku. "Ikut aku."

Dengan pelan aku menoleh ke arahnya. Dia adalah Robbie dan wajahnya membuat ekspresi yang sangat serius. "Ada apa?" tanyaku pelan.

"Aku ada perlu denganmu, penting. Ayo ikut aku." Belum juga aku sempat berkata apa-apa, atau setidaknya mengembalikan buku bacaanku ke tempatnya, ia sudah menarikku pergi.

Desire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang