Aku melihat pantulan diriku di cermin. Sangat menyedihkan. Mata kananku memerah, wajah penuh dengan bekas air mata dan darah. Seragamku juga penuh dengan bercak darah. Aku menyeringai.
"Kamu terlihat menyedihkan, Amel. Selama ini kamu selalu menderita, bukan?" Aku mendekatkan diriku ke cermin lalu mengelus tampilan wajahku, wajah Amel yang ada di balik cermin itu kemudian mengecupnya. "Tidak apa-apa, sayangku Amel. Mulai hari ini aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi. Aku akan selalu bersamamu. Aku milikmu," ucapku pelan lalu memeluk diriku erat, memeluk tubuh Amel yang begitu kusayang.
Di saat aku memeluk diriku erat seraya bersandar di cermin, di benakku tiba-tiba muncul sosok Amelku yang tadinya menangis dengan memilukan. Perasaan penuh sayang ini langsung sirna semua, digantikan oleh perasaan dendam yang sangat mendalam.
Aku iri ...
Hanya dua kata itu yang terlintas di benakku ini. Perasaan Amel yang sungguh cemburu dengan orang lain, dengan teman sekamarnya, dengan Mirna, semuanya mengalir ke seluruh tubuhku. Darahku serasa mendidih. Mereka semua telah membuat Amel menderita, mereka membuat Amel menangis. Aku tidak akan memaafkan mereka. Aku benci mereka. Mereka musuh Amel, musuhku!
Aku yang tadinya sempat duduk kini bangkit berdiri dan menatap lurus bayanganku di cermin. Aku kembali mengelus pantulan wajahku. "Tenang saja. Aku akan menggantikanmu untuk balas dendam. Aku akan membuat mereka menderita, melebihi deritamu."
Seusai itu, tanpa pikir panjang lagi aku langsung melangkah ke depan lemari pakaian Mirna. Sebagai target pertamaku, aku tidak akan melakukan hal yang keterlaluan. Aku akan memulainya pelan-pelan.
"Bersyukurlah karena ini hanya permulaan."
Dengan gerakan yang lincah, aku mulai menarik-narik pakaiannya yang tergantung di dalam lemari itu. Sebenarnya aku ingin menyerakkan pakaiannya saja biar ia mengira ada pencuri. Tapi kalau hanya begitu tidak seru. Jadi sebagai bonus, pakaian-pakaian yang hampir seluruhnya berupa gaun mewah yang telah kucampakkan ke segela arah itu, satu-satu kupungut kembali dan kutarik dengan kuat. Suara kain yang robek karena perbuatanku ini terasa sangat menyenangkan. Aku sangat menikmati suara ini. Setelah seluruh pakaiannya habis kuhancurkan, aku mulai meraih boneka-boneka besar kesukaannya dan mencabik-cabikknya. Tangan-kakinya kutarik hingga lepas, mata kucabut, telinga dan kepala kugunting. Kapas-kapas yang berkeluaran itu kutebarkan ke langit-langit. Merasa kurang puas, buku-buku di lemarinya, semuanya, kurobek-robek tidak bersisa. Aku tertawa keras seiring melakukan semua itu.
Sungguh menyenangkan!
Saking senangnya, aku tidak bisa menghentikannya lagi. Aku terus-menerus menarik, merobek, mencabut, menggunting, menghancurkan semuanya! Benda apapun yang kuketahui adalah milik Mirna, kuhancurkan semuanya. Mataku terasa sakit melihat barang-barang miliknya, barang-barang mewah yang tiada nilainya di matanya. Mereka adalah orang kaya, soal uang gampang. Barang yang rusak sedikit bisa langsung diganti kok. Jadi tidak masalah kalau rusak semua, kan?
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku menghancurkan kamar ini, sampai terdengarlah bunyi bel yang keras, mengagetkanku. Bel istirahat kedua sudah berbunyi. Aku tidak menyangka, jam berlalu begitu cepat. Tahu aku sudah menghabiskan banyak waktu di sini, aku memutuskan untuk keluar saja, meninggalkan semuanya begitu saja tanpa ada niat untuk membereskannya. Toh, tidak ada yang tahu akulah pelakunya, tidak juga dengan Amel sendiri.
Sambil tersenyum sinis, aku melangkah keluar dari kamar dan kembali menuju ke sekolah. Ketika sampai di gerbang, aku bisa melihat sudah banyak orang berada di taman sekolah. Cuaca hari ini lumayan menyejukkan dan tampak banyak orang sedang menikmatinya. Di antara kumpulan-kumpulan orang, aku bisa melihat ada gerombolan yang penuh perempuan di sana sambil pekik-pekik riang. Tak perlu kutebak, aku sudah tahu di sana ada Robbie.
"Kali ini aksiku hanya sampai di sini, Amel," ucapku kemudian menutup mataku.
*********************************************************************************************
well...... you did too far... O.O
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire (Complete)
Mystery / Thriller(Belum Revisi) Apakah kamu memiliki keinginan? Aku, kamu, semua orang tanpa terkecuali pasti memilikinya. Dan untuk mencapainya, tergantung lagi kepada niat dan kekuatan masing-masing. Sayangnya, aku tidak. Aku memiliki keinginan, tapi aku tidak m...