3rd Page

2.8K 296 16
                                    

Hai, all. Sorry for the delayed update. In the past month, I have felt uncomfortable writing this story. I felt bothered back then, so I decided to take a break from this draft. Thank you to all who are still waiting and loving this story. Luv u!

*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi-pagi sekali, pintu rumah kos Ata digedor heboh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, pintu rumah kos Ata digedor heboh. Kafka berdiri di balik pintu dengan cengiran tanpa dosa. Ata hampir mendamprat laki-laki itu, yang diurungkan pada detik terakhir. Kafka tak akan suka diomeli ketika sedang rindu. Keduanya tidak bertemu nyaris satu minggu karena Kafka pergi dinas ke Surabaya. Ata tak ingat tepatnya, tetapi kantor Kafka sedang bekerja untuk megaproyek yang melibatkan beberapa perusahaan multinasional. Sebagai ibu kota Jawa Timur, pergerakan arus bisnis di Surabaya makin masif, sehingga peningkatan pada kompleks pusat bisnis dan integrasinya pada beberapa lini perlu dilakukan. Walau tak benar-benar mengerti, Ata tak pernah melewatkan segala hal yang diceritakan Kafka padanya, termasuk tentang pekerjaan laki-laki itu.

Seolah tidak cukup mengejutkannya karena datang pagi-pagi masih dengan wajah mengantuk, Kafka juga mengeluarkan koper dari Audi-nya dan meminta bantuan Ata untuk menyeterika kemeja serta celana kain yang akan digunakan ke kantor.

"Kenapa nggak telepon aku dan minta disamperin ke apartemen aja, sih?"

Ata meletakkan piring berisi dua telor mata sapi yang digoreng setengah matang dan semangkuk sosis pedas manis di atas meja makan rumah kosnya. Pagi ini, hanya Ata yang tersisa. Dua teman kosnya sudah berangkat tepat setelah matahari terbit. Satu, karena kantornya di ujung Jakarta dan harus melalui banyak sekali titik macet di pagi hari. Satu lagi, karena mendapat shift pagi.

"Kangennya udah nggak bisa nunggu, Sayang." Kafka menyengir sembari mengancingkan kemejanya. Laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi ketika Ata selesai menyiapkan sarapan dengan menu ala kadarnya. Satu minggu belakangan, Ata tak sempat belanja bahan-bahan makanan dan hanya punya telur serta setengah bungkus sosis di kulkas.

"Tapi sarapan kamu jadi begini doang menunya, Kaf," kata Ata sembari menyendokkan nasi ke piring kosong dan meletakkan di depan Kafka yang sudah duduk di seberangnya. "Lagian, bukannya kamu pulang besok, ya?"

Fiance #2 (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang