*
Hari mulai gelap saat Kafka tiba di rumah orang tuanya. Pagar rumahnya dibuka dari dalam tanpa membuat ia menunggu. Seraya mengemudikan mobil menuju pelataran rumah, Kafka melirik penanda waktu di dasbor. Pukul enam sore. Seharusnya ia sudah berada di rumah dan bersiap, selambat-lambatnya, pukul lima. Namun, beberapa pekerjaan tidak bisa ditinggal begitu saja. Meninggalkan ruangannya sebelum pukul enam saja sudah membuat Kafka kewalahan.
Saat memarkir mobil di pelataran yang lengang, ia melihat Aston Martin mengilap parkir di carport. Mengusah napas kesal, Kafka keluar dari Audi-nya dan disambut sopir keluarga yang menunggu untuk memasukkan mobil ke garasi. Semua orang sepertinya sengaja membuat Kafka iri setengah mati. Saat ada cukup banyak unit Aston Martin yang dilihatnya belakangan ini, Kafka hanya bisa berpuas diri mengemudikan Ferrari yang kemungkinan besar sudah termasuk dalam keluaran lama.
"Yang lain udah berangkat, Pak?"
Kafka mengedarkan pandangan dan mendapati bukan hanya pelataran yang lengang, melainkan juga carport. Hari ini, tepatnya tanggal 12 April, mamanya melangsungkan pesta besar. Perayaan hari jadi pernikahan mama dan papanya yang ketiga puluh sembilan, ulang tahun Kafka yang kedua puluh tujuh, dan penyerahan dana amal yang dikumpulkan dari kegiatan lelang beberapa mobil papanya pada salah satu yayasan pendidikan di kota ini.
Kali ini, mamanya mengosongkan salah satu resor bintang lima milik Wangsa Group yang berlokasi di puncak kota seberang selama dua malam untuk berpesta dengan keluarga besar dan rekan-rekan dari berbagai lini bisnis papanya. Kafka sempat ngeri mengetahui rencana ini, karena berarti ia akan terjebak dalam pertemuan dan obrolan bisnis yang membuat kepala berdenyut dan pipi kebas akibat harus tersenyum sepanjang malam. Namun, mengingat dirinya punya satu kupon terakhir yang sangat eksklusif, Kafka menenangkan diri.
Pagi-pagi sekali, Kafka terbangun dengan mengingat ia memiliki satu kupon terakhir yang sengaja disimpan untuk digunakan di hari ulang tahunnya. Take me with you, begitu kesempatan yang diberikan Ata padanya, dan Kafka masih bisa menulis permintaan lain di kolom special request. Sepertinya Ata membuat kupon itu untuk menenangkan Kafka yang ogah-ogahan berada di pesta mewah, apabila separuh orang di dalamnya keranjingan bisnis dan bisa membicarakan semua hal itu hingga pesta berakhir.
"Sudah, Mas. Bapak sama Ibu ikut mobil Mas Ardan."
Setelah meminta Ferrari-nya disiapkan, Kafka masuk ke rumah melalui pintu samping yang dibuka lebar. Pemandangan yang menyambutnya segera meluruhkan lelah setelah seharian bekerja.
Ata duduk di sofa, dengan penampilan dan riasan yang sama-sama memukau. Di samping perempuan itu, Vivi bergelung nyaman sambil menggigiti mainannya.
"Hai, Mas." Ata mendongak dari ponsel di tangannya dan tersenyum manis pada Kafka. "Sorry, aku nggak bisa berdiri. Anak kamu nempelin aku dari tadi. Nggak mau ditinggal sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance #2 (on hold)
FanficSetelah enam tahun berpacaran, hingga berganti status menjadi tunangan Kafka, Ata masih merasa hidup di negeri dongeng yang tak punya jalan keluar. Setelah enam tahun berpacaran, hingga berganti status menjadi tunangan Ata, Kafka masih merasa bermim...