Tenth Coupon Redeemed

1.9K 231 25
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kafka memeriksa arlojinya. Pukul enam sore. Bergegas, ia menyusuri koridor menuju lobi kantor. Setengah jam lalu, telepon di ruangannya berdering dua kali. Pertama, Kafka diberi kabar bahwa Gemma datang. Perempuan itu sangat ingin bertemu dengannya, sehingga bersedia menunggu sampai Kafka meluangkan waktu untuk menemuinya. Kedua, Kafka mendapat kabar bahwa Ata datang. Ata juga bersedia menunggu sampai ia bisa turun ke lobi untuk menemuinya. Saat telepon-telepon itu datang, Kafka sedang berada dalam konferensi video yang tidak bisa ditinggalkan. Ia tidak mengerti mengapa keadaan bisa begitu tidak tepat seperti sore ini.

Setelah tidak demam lagi di hari ketiga dan denyut nyeri di kepalanya mulai lenyap, Kafka memutuskan untuk pergi ke kantor. Dua hari tidak bekerja membuatnya harus mengganti waktu yang terbuang. Untuk menenangkan Ata yang begitu cemas pagi tadi, Kafka berjanji akan pulang sebelum pukul enam sore. Sekarang sudah pukul enam sore, tetapi masih ada setumpuk pekerjaan di mejanya. Kafka sedang memikirkan cara untuk menunda sedikit lebih lama kepulangannya ke apartemen ketika tiba di meja resepsionis.

Dari tempatnya berdiri, ia melihat pemandangan paling ganjil sepanjang tahun ini. Ata dan Gemma duduk berhadap-hadapan. Kali ini, Gemma datang ke kantornya tanpa kabar dan tanpa membuat janji lagi. Kafka bingung harus kesal atau menerima saja supaya semua cepat.

Sementara Ata menunduk memandangi buku di pangkuannya—yang ia yakini hanya untuk pengusir canggung dan supaya tidak diajak bicara, Gemma bersandar santai di salah satu sofa sambil sibuk dengan ponsel di tangannya.

Meyakinkan diri bahwa pertemuan ini tidak akan mengacaukan sisa harinya, Kafka mendorong pintu kaca yang memisahkan lobi kantor dengan ruangan untuk menerima tamu. "Hai, Girls."

Hanya perlu satu detik untuk Kafka mengumpati diri sendiri dalam hati. Sapaan spontan itu mendadak terasa sangat salah, terlebih saat ia mendapati Ata menoleh dan melayangkan senyum senang padanya. Rasa-rasanya kelewat senang.

Kafka melihat semuanya, saat Ata menutup buku di pangkuannya dan meletakkan pada meja berkaki pendek di depan sofa-sofa, beranjak tanpa mengalihkan pandangan darinya, dan mendapati perempuan itu menunggu untuk memeluknya.

Fiance #2 (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang